PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”
Oleh David W. Dyer
Diterjemahkan oleh L. Yunnita
Bab yang akan Anda baca ini membahas suatu topik yang sangat penting. Ini adalah isu yang memiliki konsekuensi be- sar bagi setiap orang yang percaya Yesus Kristus. Ini adalah topik yang kurang dipahami dengan baik pada zaman kita dan banyak orang memiliki ide keliru dan bahkan kesalahpahaman yang be- rakar.
Oleh karena itu, saya ingin meminta semua pembaca un- tuk memberikan perhatian penuh pada apa yang disampaikan ini. Silakan baca kata-kata ini dengan pikiran terbuka dan hati yang benar-benar berusaha mengenal kebenaran. Jangan langsung mengambil kesimpulan secara instan, tetapi bacalah seluruh bab ini sebelum membentuk opini Anda sendiri tentang hal-hal yang dibahas.
Lebih jauh lagi, saya ingin mendesak agar Anda juga mem- baca dengan saksama beberapa bab berikutnya, karena topik ini sangat penting sehingga kami akan mengulasnya dengan panjang lebar. Tidak ada satu pun topik lain dalam Alkitab yang saya ke- tahui yang telah begitu diabaikan dan disalahpahami oleh anak- anak Allah pada hari-hari ini. Semoga Tuhan menambahkan ber- kat-Nya pada kata-kata ini.
Kebanyakan orang Kristen tahu bahwa ketika seseorang dilahirkan baru dia menerima kehidupan kekal. Ini berarti bahwa dalam kekekalan dia akan bersama Tuhan. Saya percaya bahwa semua orang percaya sejati akan hidup bersama Kristus selama- nya. Setelah kita menerima Yesus Kristus, tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia atau malaikat untuk mengambil-Nya dari kita. Dia sendiri pun berjanji bahwa Dia tidak akan pernah me- ninggalkan kita atau membiarkan kita (Ibr. 13:5). Rencana-Nya adalah agar semua anak-anak-Nya bersama dengan Dia untuk se- lamanya.
Alkitab berkata, “Barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kis. 2:21). Ini berarti mereka disela- matkan dari penghakiman kekal Allah dan mereka akan hidup bersama Tuhan selamanya. Menurut pemahaman saya, Alkitab memberikan dasar yang memadai untuk kita dapat memercayai posisi teologis ini.
Namun, ada banyak orang yang percaya – mungkin bahkan sebagian dari Anda, para pembaca – bahwa Anda dapat “kehilang- an keselamatan” atau, dengan kata lain, batal dilahirkan baru. Saya tidak ingin menyulut perdebatan teologis dengan saudara-saudari terkasih yang menganut pemahaman demikian; diskusi semacam itu biasanya tidak terlalu berguna dalam makna spiritual.
Yang saya ingin tunjukkan di sini hanyalah bahwa banyak ayat yang digunakan untuk mendukung pandangan itu sebenar- nya tidak membahas tentang kehidupan baru sama sekali, tetapi sebaliknya, membahas tentang Kerajaan yang akan datang. Anda akan melihatnya saat kita melanjutkan studi kita, bahwa ada ba- nyak ayat yang memerinci beberapa konsekuensi serius karena ketidaktaatan. Namun, ketika kita mengamati ayat-ayat itu lebih dekat dengan pertimbangan tentang aspek Kerajaan Allah, kita akan menemukan bahwa kebanyakan ayat ini jelas berbicara ten- tang masa Seribu Tahun, bukan tentang kekekalan.
Mungkin Anda adalah orang yang percaya bahwa kelahir- an rohani Anda dan orang lain senantiasa berada dalam bahaya. Saya sendiri percaya bahwa meyakinkan Anda tentang posisi saya tidaklah penting. Saya hanya dengan hormat meminta agar Anda menyelesaikan membaca bab-bab berikutnya dengan pikiran ter- buka untuk menemukan pemahaman yang berbeda tentang ba- nyak ayat Alkitab daripada pemahaman yang Anda miliki sebe- lumnya.
Dengan pemikiran ini, ada fakta penting yang tidak bo- leh kita abaikan. Meskipun saya percaya bahwa kehidupan kekal memang kekal, meskipun orang lain mungkin tidak percaya de- mikian, Alkitab sangat jelas tentang topik tertentu. Topik tersebut adalah bahwa tidak semua orang Kristen akan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang.
Izinkan saya mengulanginya, Alkitab dengan jelas meng- ajarkan bahwa tidak semua orang percaya akan ikut serta dalam pemerintahan Kerajaan Kristus yang akan datang itu.
Sebagian dari yang tidak ikut serta itu mungkin be- nar-benar telah dilahirkan baru. Mereka mungkin merupakan anak-anak Allah. Namun, banyak dari anak-anak Allah sendiri pun tidak akan diizinkan masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang akan datang. Ini adalah kebenaran kitab suci yang akan kita teli- ti bersama-sama. Saat kita membuka firman Allah, mari kita juga membuka hati kita kepada-Nya agar Dia dapat mengungkapkan tujuan-tujuan-Nya kepada kita.
Dengan kembali mengingat bahwa kata-kata “kerajaan surga” tidak mengacu pada “surga”, tetapi pada Kerajaan Seribu Tahun. Mari kita membaca Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”
Di satu sisi, kita telah membaca bahwa “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan” (Kis. 2:21). Siapa pun yang berseru kepada nama-Nya dapat dilahirkan baru. Na- mun, di sisi lain, tidak setiap orang yang berseru kepada-Nya akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Di sini, ada kualifikasi lain: me- reka yang masuk harus melakukan kehendak Allah atau, dengan kata lain, taat kepada-Nya.
Pertimbangkan hal ini dengan cermat. Meskipun semua orang percaya akan berada di kekekalan, tidak semua dari mere- ka akan diizinkan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun Yesus Kristus; hanya mereka yang taatlah yang akan masuk. Apakah hal ini membuat Anda terkejut? Apakah hal ini memang mengejut- kan? Tentu saja masuk akal bahwa yang Yesus Kristus inginkan sebagai bagian dari Kerajaan-Nya di bumi hanyalah mereka yang telah taat kepada-Nya dan melayani-Nya dengan setia selama me- reka hidup di bumi.
Tentu saja Dia tidak ingin pengelolaan Kerajaan Surga- Nya dipenuhi dengan orang-orang yang malas, tidak bertanggung jawab, dan pemberontak. Tidak, hanya mereka yang taat dan se- tialah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun Yesus Kristus dan akan memerintah bersama-Nya.
Alasannya sangat sederhana. Anda tidak dapat menakluk- kan pemberontakan dengan individu yang memberontak sebagai perwakilan Anda. Anda tidak dapat merekrut pencuri dan men- jadikannya kepala bank. Anda tidak dapat memakai orang yang tidak setia untuk membantu orang lain menjadi setia. Sederhana saja, hal semacam itu tidak akan berhasil. Oleh karena itu, agar Yesus dapat mendirikan Kerajaan-Nya di bumi, Dia harus terlebih dahulu mendirikan Kerajaan-Nya di dalam mereka yang akan Dia perintah. Inilah aspek dari Kerajaan Allah yang sedang berlang- sung hari ini.
Kita akan membahas lebih banyak tentang topik ini di bab- bab berikutnya, tetapi sekarang kita harus mengambil waktu un- tuk mengamati bagian-bagian Alkitab yang mengajarkan kebenar- an yang sangat penting ini.
SEPULUH GADIS
Mungkin salah satu bagian Alkitab yang paling jelas yang berlaku untuk topik ini adalah perumpamaan tentang sepuluh ga- dis. Perumpamaan ini kita temukan dalam Matius pasal 25, dimu- lai dengan ayat 1. Sekali lagi, dengan mengingat bahwa “kerajaan surga” bukan “surga”. Mari kita membacanya bersama:
“Pada waktu itu Kerajaan Surga seumpama sepuluh ga- dis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyambut mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi ti- dak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Ka- rena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Sambutlah dia! Gadis-gadis itu pun bangun se- muanya lalu membereskan pelita mereka.
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Namun, jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli bagimu sendiri.
Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membe- linya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!
Namun, ia menjawab: Sesungguhnya aku berkata kepada- mu, aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu hari maupun saatnya.” (Mat. 25:1-13).
Ini adalah perumpamaan yang sangat menarik dan mem- beri pencerahan. Ini adalah perumpamaan tentang Kerajaan dan aspek “perjamuan kawin” pada Kerajaan tersebut. Bahwa perum- pamaan ini berlaku untuk orang Kristen – orang percaya sejati – juga akan menjadi jelas saat kita melihat bagian ini bersama-sama.
Tolong jangan biarkan siapa pun memberi tahu Anda bah- wa ayat-ayat itu hanya berlaku untuk orang Yahudi atau bahwa ayat-ayat itu tidak berlaku untuk masa sekarang. Mengatakan hal semacam itu adalah sama dengan membuat bagian tersebut dalam Alkitab hampir-hampir tidak berarti bagi orang percaya dan mem- butakan mata mereka terhadap kebenaran yang diungkapkan di dalamnya.
Siapakah sepuluh gadis itu dan apa arti perumpamaan itu? Kita tahu dari Alkitab bahwa “perawan” [gadis] adalah istilah yang diterapkan pada orang percaya. Paulus mengatakan bahwa dia telah menjanjikan pernikahan (mempertunangkan) orang- orang percaya sebagai “perawan suci kepada Kristus” (2Kor. 11:2).
Keperawanan di sini berarti kesucian, kekudusan, dan ke- hidupan yang tidak ternoda. Istilah ini adalah referensi tentang orang percaya yang telah dibasuh dalam darah Anak Domba, yang telah dibersihkan dari semua noda mereka, dan yang seka- rang suci dan murni di hadapan Tuhan.
Kesepuluh gadis ini adalah perawan. Satu-satunya perbe- daan di antara mereka adalah lima dari mereka bijaksana dan lima bodoh. Alkitab tidak mengatakan bahwa lima diselamatkan dan lima tidak diselamatkan atau bahwa lima baik dan lima jahat. Kita hanya membaca bahwa lima bijaksana dan lima bodoh.
Kesepuluh gadis ini memiliki setidaknya sedikit minyak di pelita mereka. Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa, sebelum me- reka tertidur, semua pelita mereka menyala; jika tidak semuanya menyala tentu tidak mungkin kemudian pelita-pelita itu “padam” (ayat 8). Sumbu pelita tanpa minyak tentu akan langsung terbakar habis.
Gadis-gadis yang bijaksana memiliki minyak tambahan dalam “buli-buli” mereka (ayat 4), sementara yang bodoh tam- paknya hanya memiliki sedikit saja minyak dalam pelita mereka. “Buli-buli” di sini pastilah wadah berisi tambahan minyak, yang mereka bawa untuk mengisi pelita mereka ketika diperlukan.
Minyak yang mereka miliki adalah gambaran Roh Kudus. Dalam Perjanjian Lama, para imam diperintahkan melalui Musa untuk mengolah campuran minyak urapan (Kel. 30:22-25), yang melambangkan Roh Kudus yang sekarang telah dicurahkan. Dari sepuluh gadis itu, semuanya memiliki minyak. Mereka semua te- lah memiliki Roh Kudus yang sama.
Perhatikan juga bahwa masing-masing pelita itu menya- la dan terbakar. Alkitab berkata, “Roh manusia adalah pelita TU- HAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.” (Ams. 20:27). Roh manusia adalah tempat Roh Kudus Allah tinggal dalam orang yang telah dilahirkan baru.
1 Korintus 6:17 berbunyi: “Namun, siapa yang mengikat- kan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Penyatu- an Roh Allah dengan roh manusia menghasilkan nyala api rohani dalam setiap orang percaya, yang kemudian mulai menyalakan terang rohani pada diri mereka. Gadis-gadis itu, yang semuanya memiliki minyak dalam pelita mereka dan pelita mereka menya- la, pastilah orang percaya yang telah dilahirkan baru dan sedang mengalami pembaharuan.
Hal lain yang menunjukkan kepada kita bahwa mereka adalah orang percaya adalah bahwa mereka sedang menantikan mempelai laki-laki. Tidak ada orang tidak percaya yang menan- tikan mempelai laki-laki. Hanya mereka yang mengenal Dia dan mencintai Dialah yang menantikan Dia. Kita membaca di ayat 5 bahwa sementara mempelai laki-laki belum tiba, mereka semua tertidur. Secara simbolis, semua orang percaya ini meninggal se- mentara mereka masih menantikan kedatangan Tuhan.
Lalu, pada tengah malam terdengar seruan, “Mempelai datang!” dan mereka terbangun. Alkitab berkata, “Banyak dari an- tara orang-orang yang telah tidur dalam debu tanah, akan bangun [...]” (Dan. 12:2). Ketika Tuhan datang kembali, orang-orang per- caya ini bangun, yaitu dibangkitkan dari kematian, untuk bertemu dengan Sang Mempelai Laki-laki.
Bukti positif lainnya bahwa semua “gadis” itu adalah orang Kristen sejati adalah bahwa hanya orang percayalah yang dibangkitkan ketika Yesus datang kembali. Harap perhatikan hal ini dengan saksama karena ini adalah kebenaran yang sangat pen- ting dan memiliki dampak kuat pada pemahaman yang tepat ten- tang kitab suci. Tidak ada orang tidak percaya yang akan diang- kat naik. Tidak akan ada orang non-Kristen yang tanpa sengaja dibangkitkan ketika Yesus datang kembali. Oleh karena itu, tidak mungkin ada orang tidak percaya yang mencoba masuk ke dalam pesta perkawinan. Tidak ada orang tidak percaya yang bisa bera- da di luar pintu sambil berseru “Tuhan, Tuhan” karena ingin ma- suk. Mereka yang tidak percaya tidak dibangkitkan sampai seribu tahun kemudian, pada saat yang dikenal sebagai “Penghakiman Takhta Putih yang Agung”. Oleh karena itu, kesimpulannya ha- nyalah bahwa gadis-gadis itu adalah orang percaya.
KONDISI KITA YANG SEBENARNYA
Namun, dalam kisah ini kita melihat bahwa setelah ke- bangkitan mereka, beberapa dari gadis itu mulai menyadari kondi- si rohani mereka yang sebenarnya. Mereka berada dalam masalah. Mereka kehabisan minyak dan pelita mereka telah padam. Mereka tidak membayar harga untuk pergi membeli persediaan minyak se- lama mereka masih hidup. Jelas, mereka semua awalnya memiliki kesempatan yang sama tetapi lima di antara mereka bodoh.
Tidak diragukan lagi, selama kelima gadis bodoh itu hi- dup di bumi, mereka memilih untuk menyenangkan diri mere- ka sendiri. Mereka tidak mencari wajah Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Mereka tidak membayar harga yang diperlukan untuk hidup dipenuhi dengan minyak Roh Kudus. Kebodohan mereka itu menyebabkan mereka tidak taat, lalai, serta membu- ang-buang waktu dan energi mereka.
Maka, ketika mempelai laki-laki datang dan memasuki pesta pernikahan, lima gadis yang bodoh ini tertinggal. Mereka yang telah taat – yang telah mendapatkan persediaan minyak yang diperlukan – diizinkan masuk. Sebaliknya, mereka yang tidak taat, tidak setia, dan malas dalam urusan mereka diperintahkan oleh yang lain untuk pergi dan membeli minyak – artinya, pergi dan membayar harga yang diperlukan. Ketika mereka pergi, pintu di- tutup, dan ketika mereka kembali lalu mengetuk pintu itu, mereka tidak diizinkan masuk.
Bagian ini sesuai persis dengan yang telah kita kutip sebe- lumnya, yang mengatakan bahwa tidak setiap orang yang sekadar mengaku Yesus sebagai Tuhan mereka akan masuk ke dalam Ke- rajaan, tetapi hanya mereka yang melakukan kehendak Bapalah yang akan masuk. Ini merupakan kebenaran yang sangat serius; hal yang setiap orang percaya harus pertimbangkan dengan se- rius. Jika dalam kehidupan pribadi kita tidak setia dan tidak taat, Anak Manusia akan datang pada saat kita tidak sangka-sangka (Luk. 12:46), lalu Dia akan menemukan bahwa kita tidak siap. Se- telah kita melihat bahwa tidak setiap orang Kristen akan diizinkan masuk, bagaimana pemahaman ini seharusnya berdampak pada kehidupan kita sehari-hari? Harapan saya adalah bahwa kesadar- an ini akan menjadi teguran bagi orang-orang yang hanya menye- nangkan diri mereka sendiri, membuat mereka bertobat dan mulai dari saat ini hidup bagi Raja mereka.
“AKU TIDAK MENGENAL KAMU”
Sudah pasti, kita harus meluangkan waktu di sini untuk membahas satu frasa yang digunakan dalam perumpamaan itu, yang mungkin menimbulkan kesalahpahaman. Ini adalah frasa yang berbunyi perkataan Tuhan, “Aku tidak mengenal kamu”. Kata-kata ini ditemukan baik dalam bagian Alkitab yang telah kita baca tentang “bukan setiap orang akan masuk ke dalam Kerajaan” maupun dalam perumpamaan tentang sepuluh gadis.
Sebagian orang bersikeras bahwa karena Yesus mengata- kan Dia tidak mengenal orang-orang itu, tidak mungkin mereka itu merupakan anak-anak-Nya. Mereka berargumen bahwa bagai- mana Dia bisa mengatakan “Aku tidak mengenal kamu” jika Dia sendiri telah menjadikan mereka anak. Harap perhatikan jawab- annya dengan saksama, karena ini sangat signifikan. Ada bebera- pa alasan yang menjelaskan pernyataan Tuhan ini.
Pertama-tama, kata “mengenal” – inilah arti kata bahasa Yunani yang digunakan di sini – diterjemahkan di bagian lain da- lam Alkitab bahasa Inggris versi terjemahan King James sebagai “mengizinkan”. Di Roma 7:15 dalam versi Alkitab tersebut, per- kataan Paulus berarti, “Karena apa yang aku lakukan, aku tidak mengizinkannya”. Ini berarti dia tidak menyetujui hal itu untuk dilakukan. Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai “membenar- kan” menurut W.E. Vine dalam Expository Dictionary of New Testa- ment Words (Kamus Eksposisi Kata-Kata dalam Perjanjian Baru).
Menggunakan kemungkinan-kemungkinan terjemahan lainnya ini, Yesus kemudian dapat ditemukan berkata dalam ba- gian-bagian ini, “Aku tidak mengakui kamu” atau “Aku tidak me- nyetujui kamu” atau “Kamu tidak memenuhi standar dan oleh ka- rena itu kamu tidak diakui atau disetujui”.
Orang-orang yang bodoh, tidak setia, dan tidak melaku- kan kehendak Allah selama mereka hidup tidak diakui, disetujui, atau diizinkan oleh Allah ketika Dia datang untuk mendirikan Ke- rajaan Seribu Tahun-Nya.
Jelas, Allah pasti mengenal setiap orang yang pernah ada di bumi. Dia mengetahui nama mereka dan semua hal yang te- lah mereka lakukan. Namun, ketika Dia datang untuk mengambil kembali Kerajaan-Nya, Dia hanya akan mengakui mengenal mere- ka yang telah setia dan taat.
Apakah Tuhan Yesus akan menyangkal mengenal sebagian anak-Nya sendiri? Ya, Dia siap untuk menyangkalnya. Ini adalah salah satu janji-Nya yang serius yang dapat Anda andalkan seba- gai kebenaran. Dia dengan jelas mengatakan bahwa “[...] siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyang- kalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.” (Mat. 10:33). Ini berarti Dia siap menyangkal bahwa Dia mengenal kita. Dia akan menyang- kal memiliki pengenalan tentang kita karena kita menyangkal Dia
Lalu, apa artinya menyangkal Dia? Artinya adalah, dengan hidup kita, termasuk sikap, kata-kata, tindakan, dan keputusan kita, kita menyangkal kekuasaan-Nya, kepemimpinan-Nya, dan otoritas-Nya yang sah atas kita. Singkatnya, kita menjadi anak-anak yang tidak taat.
Anda tidak perlu mengucapkan kata-kata, “Saya me- nyangkal Yesus” untuk menyangkal Dia. Yang perlu Anda laku- kan hanyalah mengabaikan Dia dan menyangkal bahwa Dia me- miliki klaim otoritas atas hidup Anda.
Jangan salah paham; penyangkalan kita terhadap Yesus bisa bersifat verbal dan lahiriah, tetapi juga bisa sama mudahnya jika dilakukan secara non-verbal dan batiniah, yang terwujud da- lam bentuk kekerasan, ketidaktaatan, dan kehidupan yang me- mentingkan diri sendiri. Mereka yang menjalani hidup dengan cara demikian adalah orang-orang yang kepada mereka akan Yesus Kristus katakan, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyah- lah dari hadapan-Ku, hai kamu yang melanggar perintah Allah!” (Mat. 7:23).
Situasi ini dapat dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki seorang anak. Dia sangat mencintai anaknya dan membesarkannya sebaik mungkin. Namun, ketika anak itu telah tumbuh dewasa, dia menjadi tidak taat. Mari kita bayangkan bah- wa saat dewasa anak itu menjadi pembunuh, pencuri, pemerkosa, pengedar narkoba, dan terlibat dalam segala macam kejahatan. Ibunya tentu saja malu terhadapnya.
Mari kita asumsikan bahwa setelah bertahun-tahun anak itu kembali ke rumah dan berkata, “Hai, bagaimana kabar Ibu? Bisakah Ibu meminjamkan sedikit uang kepadaku?”
Wanita itu mungkin akan berkata, “Aku tidak mengenal kamu. Aku menyangkal bahwa kamu adalah anakku. Aku malu mengakuimu karena ketidaktaatan, pemberontakan, dan perbu- atan jahatmu dan aku membuang segala pengenalan tentangmu. Kamu tidak diizinkan masuk ke dalam rumahku.” Inilah yang akan terjadi pada hari kedatangan kembali Tuhan bagi mereka yang telah bertindak bodoh dan jahat.
INJIL KERAJAAN YANG DIBERITAKAN PAULUS
Mari kita berlanjut ke beberapa bagian Alkitab lainnya yang secara spesifik menunjukkan siapa yang akan atau tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Dalam 1 Korintus pasal 6 kita me- nemukan bagian itu. Di situlah Rasul Paulus berkata,
“Atau tidak tahukah kamu bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Jangan- lah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, pezina, laki-laki yang ditiduri serta laki-laki yang melakukannya, pencuri, orang tamak, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Beberapa orang di antara kamu memang demikian dahulu. Tetapi, kamu telah dipermandikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. ‘Segala sesuatu diperbolehkan bagiku,’ tetapi tidak semuanya berguna. Segala sesuatu diperbo- lehkan bagiku, tetapi aku tidak mau membiarkan diriku diper- hamba oleh apa pun.” (1Kor. 6:9-12).
Yang Paulus katakan kepada orang-orang percaya itu ada- lah bahwa jika mereka terus berpartisipasi dalam pemberontakan dan dosa, hal-hal yang dahulu mereka pernah berpartisipasi sebe- lum mereka mengenal Yesus Kristus, mereka tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Dia mengingatkan mereka bahwa karena sudah jelas orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut tidak akan me- warisi Kerajaan, mereka juga tidak boleh berharap untuk masuk ke dalamnya jika terus melakukan hal yang sama. Meskipun me- reka dahulu pernah melakukannya, mereka sekarang telah diber- sihkan dan seharusnya tidak kembali lagi melakukannya.
Untuk alasan apa lagi Paulus menulis bagian itu kepada orang-orang Kristen itu? Pasti semua orang sudah tahu bahwa orang-orang berdosa yang tidak percaya tidak akan mewarisi Ke- rajaan Allah. Namun, di situ dia berbicara khusus tentang orang percaya yang terus-menerus dan tidak bertobat melakukan berba- gai dosa.
Karena inilah, kita harus berhati-hati untuk tidak hidup dengan cara yang lama, karena jika kita melakukannya, kita ti- dak akan mewarisi Kerajaan. Saya sungguh-sungguh berdoa agar tidak ada orang Kristen yang membiarkan dirinya tertipu tentang hal ini. Tidak ada orang yang tetap hidup dalam ketidaktaatan yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Salah satu bagian dalam Galatia 5, dimulai dengan ayat 19, mengatakan hal yang pada dasarnya sama: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyem- bahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, percekcokan, perpecahan, kedengkian, bermabuk-mabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semu- anya itu kuperingatkan kamu, seperti yang telah kulakukan dahu- lu, bahwa siapa saja yang melakukan hal-hal demikian tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19-21).
Apakah Anda mengenal orang Kristen yang terlibat dalam dosa-dosa semacam itu? Apakah Anda sendiri melakukan hal-hal itu? Jika ya, maka Anda dapat yakin bahwa Anda tidak akan me- warisi Kerajaan Allah. Anda tidak akan memasuki semua yang telah Allah siapkan untuk Anda. Meskipun kita biasanya meng- anggap orang tidak percaya sebagai orang-orang yang melaku- kan hal-hal ini, sayangnya benar bahwa ada banyak orang Kristen yang masih melakukannya pula.
Mari kita mulai dengan kata pertama di ayat 21, “kedeng- kian”. Berapa banyak dari kita yang iri hati kepada orang lain dan cemburu pada apa yang mereka miliki dan keadaan diri mereka? Berapa banyak dari kita yang memiliki kebencian di hati kita ter- hadap orang lain? Atau, berapa banyak dari kita yang suka berde- bat tentang ajaran doktrin tertentu?
Bukankah bisa jadi beberapa dari kita “melayani Kristus” dengan motivasi dari ambisi egois kita sendiri? Bukankah Anda tahu bahwa mereka yang melakukan hal-hal seperti itu tidak akan mewarisi Kerajaan Allah? Saya menuliskan semua ini untuk memperingatkan Anda, untuk memberi tahu Anda dengan jelas, bahwa tidak semua orang akan masuk Kerajaan-Nya, tetapi hanya mereka yang taat.
Bukan hanya ada orang percaya yang berdebat, iri hati, dan benci, tetapi juga saya telah menemukan bahwa ada ribuan pria dan wanita Kristen yang secara teratur masih melakukan per- cabulan dan dosa-dosa seksual lainnya.
Ada juga orang-orang yang tak terhitung jumlahnya yang mengaku mengenal Yesus tetapi menghabiskan berjam-jam di bar, minum-minum, dan ikut serta dalam suasana, lelucon, dan perca- kapan yang duniawi. Adalah sebuah kenyataan yang menyedih- kan bahwa banyak individu yang “datang ke gereja” pada Minggu pagi melakukan hal-hal lain selama sepanjang minggu, yaitu hal- hal yang akan sangat menyedihkan siapa pun yang benar-benar mencintai Tuhan. Orang-orang itu tidak akan memasuki Kerajaan Allah kini.
Lebih jauh lagi, benar pula bahwa ada makin banyak jum- lah orang Kristen yang menggunakan ganja dan obat-obatan lain dengan mengklaim bahwa mereka sedang meningkatkan penga- laman “spiritual” mereka. Itu adalah kebohongan dari jurang ne- raka. Dan, itulah jenis aktivitas yang disebutkan dalam Alkitab. Tidak ada orang yang melakukan hal-hal itu yang akan masuk ke dalam Kerajaan; hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa- lah yang akan masuk.
KISAH ESAU
Mungkin Anda ingat kisah Esau. Dia adalah anak sulung Ishak, dan karena dia adalah anak sulung, dia adalah ahli waris yang sah dari semua yang dimiliki ayahnya. Namun, suatu hari saat pulang dari berburu, dia lelah dan lapar. Saudaranya, Yakub, baru saja memasak sepanci rebusan kacang yang lezat.
Jadilah, Esau membuat kesepakatan dengan Yakub. Dia menukar hak kesulungannya, yaitu haknya untuk menjadi yang pertama mewarisi dari ayahnya, demi makanan. Dia menukarkan sesuatu yang sangat berharga dengan sebuah kepuasan fisik, du- niawi, dan sementara.
Kemudian, ketika dia memikirkannya kembali, dia beru- bah pikiran dan ingin hak kesulungannya kembali. Dia bertobat dan menangis, tetapi itu sudah terlambat. Dia sudah menjual hak istimewa itu dengan harga yang sangat murah. Kisah ini masih mengandung pesan yang kuat bagi kita saat ini.
Ibrani 12:15 dan 16 menasihati kita, “Jagalah supaya ja- ngan ada seorang pun kehilangan anugerah Allah, [...] Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau tidak suci seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan.” Ini adalah gambaran yang tepat tentang keadaan ketika Yesus datang kemba- li. Ada banyak orang percaya di Gereja saat ini yang menukar hak mereka untuk mewarisi Kerajaan bersama Yesus Kristus, demi ke- senangan duniawi. Mereka memanjakan kedagingan mereka da- lam berbagai jenis dosa sambil membayangkan bahwa pada hari esok mereka masih akan dapat memerintah dan berkuasa bersama Kristus.
Padahal, orang-orang itu akan dikecualikan dari Kerajaan. Mereka tidak akan diizinkan masuk, meskipun mereka menangis dengan penyesalan. “Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi” (Mat. 25:30). Perhatikan di sini bagaimana penulis dalam Al- kitab secara khusus menekankan dosa seksual. Betapa mudahnya berpikir bahwa hal-hal ini tidak penting. Betapa kecilnya “secuil” kenikmatan seksual itu tampaknya di mata kita sendiri. Namun, ketika godaan menyerang, ketika kedagingan kita menjerit dengan setiap selnya untuk menikmati kepuasan indrawi, mari kita ingat apa yang ada di depan sana. Nasib kita tergantung pada pilihan kita. Bagi banyak orang percaya yang tidak taat, akan ada tangisan dan kertakan gigi pada hari itu kelak.
Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada ruang untuk per- tobatan. Tentu saja ada – HARI INI. Namun, ketika langit terbuka dan Yesus datang dalam kemuliaan, itu sudah terlambat. Maka, manfaatkan kesempatan ini, sekarang juga, dan bertobatlah se- penuhnya atas segala sesuatu yang tidak memuliakan Allah yang Anda terlibat di dalamnya. Ubahlah pemikiran dan kegiatan Anda untuk menyesuaikan kehidupan Anda dengan kehendak-Nya. Inilah satu-satunya cara agar Anda siap ketika Dia datang kembali dan dapat masuk bersama-Nya ke dalam Kerajaan dan kemuli- aan-Nya.
Sekarang, mari kita baca bersama Efesus pasal 5, dimulai dengan ayat 1. Di sini, sekali lagi, Paulus menulis kepada orang percaya:
“Sebab itu, sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah.
Tetapi, percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pan- tas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: Tidak ada orang cabul, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Ke- rajaan Kristus dan Allah.” (Ef. 5:1-5).
Saya percaya bahwa ayat-ayat itu berbicara dengan amat sangat jelas. Sangat benar bahwa dalam Yesus Kristus kita menda- pat penyucian dari dosa-dosa – bahwa darah-Nya tersedia bagi kita hari ini untuk membersihkan kita. Namun, saya ingin menyaran- kan kepada Anda bahwa hanya mereka yang bertobat dan meng- akui dosa merekalah yang akan disucikan oleh Allah (1Yoh. 1:9).
Mereka yang tidak setia, memberontak, tidak taat, dan te- rus-menerus hidup dalam dosa mereka tanpa pertobatan akan di- mintai pertanggungjawaban. Memang, jika mereka adalah orang percaya, mereka telah luput dari murka Allah dan penghakiman kekal, tetapi Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa mereka ti- dak akan mewarisi Kerajaan Seribu Tahun.
Dalam 1 Yohanes pasal 2, ayat 28, kita menemukan peri- ngatan yang sangat serius. Ayat ini meneguhkan semua yang telah kita pahami. Dalam Alkitab bahasa Inggris versi terjemahan The Father’s Life kita akan menemukan artinya: “Dan sekarang anak- anak kecil, tetaplah dalam Dia sehingga ketika Dia dinyatakan kita dapat memiliki keyakinan dan tidak malu, lalu dipisahkan dari Dia pada saat penampakan-Nya.” Meskipun banyak terjemahan mengalihbahasakan “dipisahkan” sebagai “di hadapan”, kata ba- hasa Yunaninya berarti “dari”, “jauh dari”, “lepas”, atau “terpi- sah”. Hanya sedikit penerjemah yang memiliki keberanian untuk menerjemahkannya seperti ini, itulah sebenarnya apa yang dika- takan ayat itu.
SIAPA YANG AKAN MASUK
Siapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah? Inilah mereka yang telah menyerahkan kehidupan mereka sepenuhnya kepada Yesus Kristus dan mengizinkan Dia mengekspresikan kehidupan dan sifat-Nya melalui mereka. Yesus mengajarkan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena me- rekalah yang punya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3). “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat. 5:5).
“Berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga” (Mat. 5:10).
Orang-orang yang rendah hati, yang lemah lembut, yang taat, dan yang menyerahkan diri mereka kepada pemerintahan surgawi Yesus Kristus adalah mereka yang akan memiliki bumi ketika Dia datang kembali. Mereka adalah orang-orang yang akan menerima perkataan Yesus, “[...] Bagus, hai hambaku yang baik dan setia! [...] Masuklah ke dalam sukacita tuanmu.” (Mat. 25:21).
Salah satu bagian dalam 2 Petrus juga berbicara dengan jelas kepada kita tentang topik ini. Dimulai dengan ayat 9 da- lam pasal 1, kita dapat membaca, “Namun, siapa saja yang tidak memiliki semuanya itu menjadi buta dan picik, karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, Saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh, supaya pang- gilan dan keterpilihanmu makin teguh. Sebab, jikalau kamu me- lakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demi- kian, kepada kamu akan disediakan seluas-luasnya jalan untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2Ptr. 1:9-11).
“Siapa saja yang tidak memiliki semua itu” adalah orang yang bodoh, malas, dan tidak bertanggung jawab dalam hubung- annya dengan Yesus. Petrus menjelaskan kepada kita di situ bah- wa jika kita melakukan kehendak Tuhan, akses masuk kita ke da- lam Kerajaan-Nya dijamin.
Puji Tuhan! Betapa mulianya hari itu kelak ketika semua orang yang mencintai Yesus Kristus, yang menantikan penya- taan-Nya, dan yang telah melayani-Nya selama hidup mereka, akan masuk ke dalam sukacita dan kelimpahan yang Dia sediakan! Oh, haleluya, betapa mulianya ketika kita menyaksikan semua orang kudus yang setia, yang sebagian bahkan telah kehilangan nyawa mereka untuk Kerajaan Allah, memasuki pengalaman me- merintah dan berpesta selama seribu tahun itu.
ANAK-ANAK ISRAEL
Semua yang tertulis dalam Alkitab ditulis untuk menjadi manfaat bagi kita. Oleh karena itu, mungkin baik bagi kita di sini untuk mengambil sedikit waktu merenungkan anak-anak Israel. Setelah ratusan tahun perbudakan di Mesir, Allah datang untuk menyelamatkan mereka. Dia mengirim Musa dan membebaskan mereka dari beban berat perbudakan di bawah kehendak seorang raja duniawi.
Setelah menyelamatkan mereka secara ajaib, Allah mem- bawa mereka melalui padang gurun menuju “tanah yang dijanji- kan”. Di tanah itulah, mereka dimaksudkan untuk akhirnya men- dapat perhentian atau istirahat serta menjalani kehidupan yang diberkati dan produktif.
Namun, sebagian besar dari mereka terus saja memberon- tak terhadap Allah. Mereka menolak firman-Nya dan tidak taat. Oleh karena itu, Allah bersumpah bahwa mereka tidak akan per- nah masuk ke dalam “tempat perhentian” itu dan bahwa mereka akan mati di padang gurun.
Penulis Ibrani merujuk pada bagian sejarah Yahudi ini se- cara panjang lebar untuk menunjukkan poin yang sangat penting dan menegur kita. Sejak pasal 3, dia mulai mengutip kitab suci Perjanjian Lama dan umumnya mengembangkan suatu persama- an paralel antara apa yang terjadi dengan anak-anak Israel itu dan apa yang juga akan terjadi dengan orang percaya. Dia mengguna- kan sejarah Yahudi untuk menunjukkan poin yang sangat penting.
Di situ, sang penulis berbicara tentang tempat perhentian masa depan, hari ketujuh yang merupakan Kerajaan Seribu Tahun (Ibr. 4:4, 5). Dia merujuk pada Hari Tuhan, yaitu perhentian-Nya yang akan datang.
Dalam kaitan ini pula dia berkata, dimulai dengan ayat 1 dalam pasal 4, “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang pun di antara kamu yang dianggap ketinggalan, se- kalipun janji akan masuk ke peristirahatan-Nya masih berlaku.” (Ibr. 4:1). “Kamu” yang disebutkan di sini tentulah merujuk pada orang percaya, karena merekalah yang menjadi sasaran tulisan sang penulis.
Ayat 9 berkata, “Jadi, masih tersedia suatu hari perhenti- an, yaitu Sabat, bagi umat Allah.” (Ibr. 4:9). Ayat 11 menyatakan, “Karena itu, baiklah kita berusaha masuk ke dalam peristirahatan itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ke- tidaktaatan yang sama.” (Ibr. 4:11).
Di situ kita mendapat penjelasan yang terang dan cermat oleh penulis Ibrani tentang kebenaran yang persis sama dengan yang telah kita pelajari. Kebenaran itu adalah bahwa sangat mung- kin bagi seseorang untuk menjadi lahir baru dan benar-benar men- jadi anak Allah, tetapi tidak diizinkan masuk ke dalam Kerajaan yang akan datang – perhentian yang akan datang. Alasan mereka tidak masuk adalah sama dengan yang terjadi pada anak-anak Is- rael – ketidakpercayaan dan ketidaktaatan.
Saya mendorong Anda semua untuk membaca dengan cermat pasal 3 dan 4 kitab Ibrani dan melihat bagaimana bagian hal ini secara spesifik berlaku untuk Kerajaan yang akan datang; bagaimana perhentian, kemenangan atas musuh, dan kepuasan menikmati Kristus dalam kemuliaan-Nya yang akan datang, ada- lah sesuatu yang harus kita usahakan untuk masuk ke dalamnya.
Akses masuk kita ke dalam Kerajaan itu membutuhkan ke- tekunan dan kesetiaan. Sangat jelas ditulis di situ bahwa mungkin saja untuk kita “tidak mencapai” atau dengan kata lain tidak bisa masuk. Bahkan, cukup alkitabiah kalau kita memiliki di dalam diri kita sebentuk rasa takut – sebuah ketakutan yang kudus, yang dari Allah – kalau-kalau kita tidak memenuhi standar yang Allah tuntut.
KETIKA YESUS DATANG KELAK
Menariknya, kondisi kita ketika Yesus datang kelak akan menentukan apakah kita masuk ke dalam pemerintahan Seribu Tahun Kristus atau tidak. Mungkin kita telah setia kepada Tuhan selama bertahun-tahun. Kita telah selalu menjadi hamba yang se- tia. Namun, ketika kita makin tua, godaan tertentu masuk.
Sebagai contoh, mungkin kita berpikir Allah akan meng- ampuni kita jika kita menceraikan istri kita yang telah menua, agak keriput, kendur, kurang menarik, dan menikahi “cemceman” yang imut dan muda, seseorang yang lebih “cocok secara rohani dengan kebutuhan kita”. Mungkin kita berharap tidak akan terlalu buruk kalau kita memanjakan diri sedikit setelah bertahun-tahun melayani Tuhan. Lagi pula, mungkin kita membayangkan, peng- ampunan Allah itu besar dan Dia mengerti kelemahan dan “kebu- tuhan” kita. Yehezkiel 18:24 berbicara dengan jelas tentang situasi semacam itu dengan mengatakan, “Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan [...] Segala kebe- naran yang dilakukannya tidak akan diingat lagi. Ia harus mati karena ia berlaku tidak setia dan karena dosa yang dilakukannya.”
Tidak cukup jika kita hanya pernah setia pada masa lalu. Kita harus tetap setia sampai akhir. Paulus berkata di salah satu suratnya bahwa dia tidak menganggap dirinya “telah mempero- leh hal ini”. Pada titik itu dia tidak menganggap bahwa dia sudah “menangkapnya” (Flp. 3:12, 13).
Anda pun tahu, Paulus pasti memiliki kehidupan kekal. Dia pasti telah lahir baru. Namun, dia pun tidak bisa yakin akan mewarisi Kerajaan. Dia terus-menerus berlari-lari kepada tujuan (Flp. 3:14). Di 1 Korintus 9:27, Paulus berkata bahwa “[...] aku me- latih tubuhku dan menguasainya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”.
Saya yakin Paulus bukan takut kehilangan kehidupan ke- kal. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa memisahkan dia dari ka- sih Allah (Rm. 8:35). Justru, dia khawatir tentang kemungkinan “ditolak” dari sesuatu lainnya – sesuatu yang sangat penting. Dia tahu bahwa untuk mewarisi Kerajaan yang akan datang, dia harus tetap setia sampai akhir.
Namun kemudian, mendekati akhir hidupnya – kehidup- an yang penuh kesetiaan dan buah – dia akhirnya memperoleh keyakinan akan Kerajaan. Di 2 Timotius 4:7 dan 8 dia menegaskan bahwa saat itu, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran [...]”. “Mah- kota” di sini merujuk pada pemerintahan dalam Kerajaan. Maka, kita melihat bahwa hanya melalui kesetiaan seumur hiduplah kita bisa yakin akan mewarisi Kerajaan bersama Yesus Kristus.
Sementara adalah mungkin bagi seseorang yang setia men- jadi tidak setia, adalah mungkin pula bagi seseorang yang telah menjalani kehidupan dosa untuk bertobat, menjadi taat kepada Tuhan, dan berhasil masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Di dalam Allah, ada ruang untuk pertobatan. Dosa kita da- pat diampuni dan kita dapat mengubah jalur hidup kita. Tuhan kita Maha Pengampun dan penuh kasih. Dia akan mengizinkan kita untuk kembali kepada-Nya lagi. Bukan apa yang telah kita lakukan di masa lalulah yang diperhitungkan, melainkan bagai- mana kita sedang hidup ketika Yesus datang itulah yang akan me- nentukan akses masuk kita ke dalam Kerajaan-Nya.
Jika Anda menyadari bahwa Anda belum hidup menye- nangkan Tuhan, sekarang adalah kesempatan yang baik untuk kembali kepada-Nya, bertobat, dan mengizinkan Dia memerin- tah setiap aspek hidup Anda. Sekali lagi, Yehezkiel berbicara jelas kepada kita dengan berkata, “Tetapi, apabila orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya [...] Segala pelanggaran yang dilakukannya tidak akan diingat lagi [...]” (Yeh. 18:21, 22).
Haleluya; adalah mungkin bagi anak Allah yang berdosa untuk kembali kepada-Nya, melakukan kehendak-Nya, sehingga dapat mewarisi Kerajaan-Nya!
Akhir bab 8
Baca bab-bab lain secara online:
We are always looking to offer books in more languages.