PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”
Oleh David W. Dyer
Diterjemahkan oleh L. Yunnita
Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi. Sebagai bagian dari pekerjaan penciptaan-Nya, Dia menciptakan banyak malaikat, salah satunya bernama Lucifer. Dia adalah malai- kat yang paling kuat dan paling indah yang diciptakan oleh Allah. Mungkin dia juga merupakan makhluk pertama yang dibentuk.
Dalam kitab Yesaya pasal 14, ayat 12, dia disebut “Bintang Timur, Putra Fajar”. Ayat ini mengacu pada kenyataan bahwa pada awal penciptaan, ketika Allah baru memulai pekerjaan-Nya yang ajaib, malaikat Lucifer diciptakan. Dia bukan hanya malaikat yang paling tinggi dan paling kuat; dia juga salah satu dari keru- bim dan tinggal dekat dengan hadirat Allah sendiri.
Yehezkiel pasal 28 mengungkapkan beberapa fakta yang sangat menarik tentang Lucifer ini, yang sekarang dikenal sebagai Setan atau Iblis. Meskipun di sini nabi berbicara tentang seseorang yang disebut sebagai “raja Tirus”, hampir semua penafsir Alkitab sepakat bahwa bagian ini merujuk kepada Iblis dalam wujud asli- nya. Tidak ada manusia atau raja duniawi yang bisa cocok dengan deskripsi seperti itu. Mari kita baca bersama, dimulai dari paruh kedua ayat 12:
“Beginilah firman Tuhan ALLAH; Engkau adalah gambar kesempurnaan, penuh dengan hikmat dan sangat indah. Eng- kau di Eden, taman Allah berhiaskan segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazuardi, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya dibuat dari emas, semuanya itu disediakan pada hari penciptaanmu.
Engkaulah kerub, penjaga yang diurapi, demikianlah Ku- tetapkan engkau; di gunung kudus Allah engkau berada dan ber- jalan-jalan di tengah batu-batu berapi. Engkau tak bercela dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai ditemukan kecu- rangan padamu.
Dalam perdaganganmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuang engkau dari gunung Allah. Kubinasakan engkau, hai Kerub penjaga, dari te- ngah batu-batu berapi.
Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaum- usnahkan demi semarakmu. Ke bumi engkau Kulemparkan, kepa- da raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.
Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam perdaganganmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di ha- dapan semua yang melihatmu. Semua yang mengenal engkau di antara bangsa-bangsa terkejut melihat keadaanmu. Akhir hidup- mu mengerikan dan engkau lenyap selamanya.” (Yeh. 28:12-19).
Ini sebuah bagian teks Alkitab yang luar biasa, yang meng- ungkapkan kepada kita status dan sifat Setan sebagaimana awal mulanya dia diciptakan. Dia disebut di sini sebagai “kerub penja- ga yang diurapi”. Lucifer adalah salah satu dari kerubim – dicipta- kan, dipilih, dan diurapi oleh Allah untuk tugas khusus yang akan kita bahas lebih lanjut sesaat lagi.
Dalam bagian pertama kitab Yehezkiel, kita dapat belajar lebih banyak tentang kerubim. Misalnya, kita tahu bahwa mereka adalah makhluk bersayap yang masing-masing memiliki beberapa pasang sayap. Mereka tidak memiliki tapak kaki, tetapi memiliki kuku, dan masing-masing memiliki empat wajah di kepalanya, satu wajah di setiap sisi. Kepala mereka tidak memiliki sisi bela- kang sehingga ada dua sisi, tetapi mereka justru memiliki empat wajah. Satu seperti manusia, satu seperti singa, satu seperti lembu, dan satu seperti rajawali.
Mereka juga memiliki ciri-ciri menarik lainnya, seperti roda penuh mata yang mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Ketika mereka bergerak, mereka tidak berbelok menuju tujuan tetapi langsung bergerak ke arah itu, seolah-olah melang- gar hukum alam.
Omong-omong, makhluk-makhluk ini kemungkinan ada- lah sama dengan “makhluk hidup” atau “binatang” yang kita te- mukan disebutkan dalam kitab Wahyu. Alkitab sering berbicara tentang takhta Allah yang dikelilingi oleh kerubim. Mazmur 80 ayat 2, berbunyi, “Ya Engkau, yang duduk di atas (atau “di te- ngah-tengah”) para kerub, tampillah dengan cemerlang”. (Li- hat juga 2Raj. 19:15, 1Taw. 13:6, Yes. 37:16, 1Sam. 4:4, 2Sam. 6:2, Why. 4:6-8.) Dalam kitab Wahyu, “makhluk hidup” inilah yang menduduki posisi ini.
Anda mungkin memperhatikan bahwa meskipun Wahyu 4:6-8 menggambarkan setiap “makhluk hidup” memiliki wajah yang berbeda, Yehezkiel melihat setiap kerub memiliki empat wa- jah. Mengapa ada ketidaksesuaian ini? Rahasianya adalah bahwa Yohanes melihat kerubim hanya dari satu arah. Keempat makhluk ini berdiri di setiap sisi takhta Allah dan masing-masing mengha- dap ke arah takhta Allah.
Karena Yohanes melihat hanya dari satu arah, ia hanya me- lihat satu wajah yang sesuai pada setiap bagian kerubim. Akibat- nya, tampak baginya seolah-olah setiap satu kerub memiliki wajah yang berbeda. Namun, Yehezkiel memberikan deskripsi yang le- bih lengkap dan menjelaskan bahwa setiap kerub memiliki empat wajah.
Tampaknya, Lucifer pernah menjadi salah satu dari keru- bim ini. Tugas makhluk-makhluk surgawi ini adalah mengelilingi takhta Allah dan menjaga hadirat-Nya. Dengan sayap mereka, mereka menyembunyikan kemuliaan dan keagungan Allah Yang Maha Tinggi dari pengamat yang mungkin ada. Semua kerubim ini terus-menerus berada dalam hadirat Allah, menyembah-Nya, dan menutupi kemuliaan-Nya dengan sayap mereka (Why. 4:8).
Kerubim juga muncul secara simbolis di atas tabut perjan- jian, yang diperintahkan untuk dibangun anak-anak Israel selama mereka berada di padang gurun. Di atas tabut perjanjian, terda- pat sebuah penutup. Yang kita ketahui hanyalah bahwa tutup itu datar, terbuat dari emas murni, dan di setiap ujungnya dibentuk sebuah kerub yang juga terbuat dari emas murni.
Dua kerubim itu berdiri di setiap ujung dengan sayap me- reka terentang ke atas hampir bersentuhan di tengah-tengah di atas tabut (Kel. 25:20). Di sini, di bawah sayap kerubim yang me- nutupi dan di atas tutup tabut, hadirat kudus Allah tampak.
Imam besar akan masuk ke tempat kudus sekali dalam setahun. Di sana dia akan memercikkan darah persembahan di atas tutup tabut. Ketika dia memercikkan darah, kehadiran Allah akan terwujud dan Yang Maha Kuasa akan berkomunikasi dengan imam dari antara kerubim emas. Ini adalah simbolisasi dari keru- bim yang menutupi kemuliaan Allah di tempat-tempat surgawi.
Nah, sekarang kita tahu siapa Lucifer sebelumnya. Tak di- ragukan lagi, dia adalah malaikat pertama yang diciptakan (Yes. 14:12) dan mungkin menduduki posisi tertinggi di alam semesta. Dia adalah salah satu kerub.
Bukan tidak mungkin dia juga adalah imam besar alam semesta dan memimpin seluruh ciptaan dalam menyembah, me- muji, dan mengagumi Allah Yang Maha Tinggi. Setidaknya, kita tahu dia memiliki pemahaman agama karena dia telah memulai banyak agama palsu. Mungkin dia menggunakan pengalamannya sebelum pemberontakannya untuk melakukan hal itu.
Kita tahu bahwa Setan tidak hanya sangat mulia dalam kemuliaan, kekuatan, dan keindahan ketika dia diciptakan, teta- pi juga bahwa dia jatuh, menjadi rusak, dan mulai berdosa. Dia mulai memikirkan dirinya sebagai sangat tinggi dan terangkat da- lam dirinya sendiri karena kebesarannya. Kesombongannya ada- lah kejatuhannya. Dia pasti memikirkan hal yang semacam, “Aku sangat cantik, sangat kuat; semua makhluk lain di alam semesta menghormati dan mengagumiku. Mengapa pula aku membutuh- kan Allah? Mengapa aku harus tunduk kepada-Nya dan menyem- bah-Nya? Aku akan memulai pekerjaanku sendiri”. Dan, demiki- an itulah yang dia lakukan.
Tentu saja untuk melakukan ini dia perlu mendirikan ke- rajaan sendiri. Dia harus menarik sejumlah pengikut dari kerajaan Allah, yaitu pengikut yang akan menyembahnya dan melakukan perintahnya daripada harus mencintai dan menaati Allah. Saya yakin dia tahu bahwa mustahil untuk menjadi lebih benar, ku- dus, adil, benar, sempurna, dan murni daripada Allah yang Maha Kuasa. Maka, dia harus memilih sesuatu yang berbeda. Dia harus mendasarkan kerajaannya pada sesuatu yang lain.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa iblis adalah bapak dari kebohongan. Dia menciptakan kerajaan ini untuk di- rinya sendiri. Dia menjadi pencetus segala jenis dosa, mendirikan kerajaannya atas dasar kebencian, kegelapan, nafsu, keserakahan, korupsi, kebohongan, dan segala macam kejahatan yang dapat di- bayangkan.
Dia mengubah sifatnya menjadi kebalikan dari segala sifat Allah. Lalu, tidak diragukan lagi dia mulai mengunjungi makh- luk-makhluk lain di alam semesta untuk merayu mereka agar ber- gabung dengan kerajaannya dan mengikuti dia dalam pemberon- takannya terhadap Yang Maha Tinggi. Seperti kita semua tahu, dia masih terlibat dalam aktivitas jahat yang sama itu sampai hari ini.
BAGAIMANA SETAN MENJADI PENGUASA?
Kemungkinan, Allah memberikan bumi kepada Setan se- bagai bagian dari yurisdiksinya sebelum dia jatuh. Alkitab tidak eksplisit tentang hal-hal ini sehingga kita hanya bisa berspekulasi mengenai beberapa gagasan ini, tetapi kita tahu bahwa pada suatu titik waktu Iblis memperoleh otoritas atas bumi. Dia disebut seba- gai “penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31; 14:30; 16:11).
Kita juga tahu bahwa para malaikat kadang disebut seba- gai “bintang-bintang” (Ayb. 38:7; Dan. 8:10; Why. 12:4). Mungkin pada awalnya, setiap malaikat diberi sebuah bintang dan pla- net-planet di sekitarnya, jika ada, untuk diperintah. Jika ini benar, maka wilayah Setan adalah sistem tata surya kita, yang pusatnya adalah matahari. Menarik untuk dicatat bagaimana banyak agama penyembahan berhala kuno menyembah matahari, dan dengan begitu, sebenarnya menyembah Iblis. Bahkan, mungkin malai- kat-malaikat yang kuat masing-masing diberi sebuah galaksi un- tuk diperintah.
Satu hal yang kita tahu dengan pasti adalah bahwa Iblis adalah penguasa dunia saat ini. Ketika dia mencobai Yesus di pa- dang gurun, dia mengklaim memiliki otoritas atas dunia dan Tu- han tidak membantah otoritas itu. Dia hanya menegurnya dengan mengutip ayat kitab suci yang kudus.
Bagian lain dalam Alkitab juga menunjukkan kepada kita bahwa Iblis memiliki yurisdiksi dan otoritas atas bumi ini (Yoh. 14:30; 16:11; 2Kor. 4:4). Kemungkinan besar, otoritas ini diberikan kepadanya sebelum pemberontakannya, ketika dia masih berta- han di posisinya yang asli di hadapan Allah.
SEBELUM “ENAM HARI”
Tampaknya aman jika kita berasumsi bahwa Setan (Luci- fer), malaikat tertinggi yang diciptakan oleh Allah, diberi bumi ini sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya sebelum dia jatuh, te- tapi kita tentu bertanya-tanya bagaimana keadaannya pada wak- tu sebelum kejatuhan itu. Meskipun Alkitab tidak secara spesifik memberi tahu kita tentang hal-hal ini, Alkitab memberikan bebe- rapa petunjuk sehingga kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang masuk akal.
Kitab Kejadian menyatakan bahwa Allah menciptakan la- ngit, bumi, dan segala isinya dalam enam hari. Namun, skenario ini tidak memberikan penjelasan tentang kapan malaikat-malai- kat diciptakan dan kapan serta bagaimana Setan jatuh. Demikian pula, skenario ini tidak memberi tahu kita bagaimana kejatuhan Setan itu memengaruhi bumi yang dia kuasai. Untuk menyelidiki hal-hal ini lebih lanjut, mari kita lihat ayat pertama dalam kitab Kejadian.
Kita dapat membaca, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej. 1:1). Ayat pertama ini memberi tahu kita tentang penciptaan oleh Allah dan kita dapat yakin bahwa ketika Allah menciptakan sesuatu, Dia membuatnya sempurna dan in- dah dalam setiap detailnya.
Namun yang mengejutkan, ayat kedua dimulai, “Bumi belum berbentuk dan kosong. Gelap gulita meliputi samudra semesta” (Kej. 1:2). Ini terdengar seolah-olah Allah menciptakan seonggok benda tanpa bentuk, sebuah padang gurun yang gelap dan kosong, dan kemudian mulai mengerjakannya untuk menja- dikannya tampak lebih baik. Meskipun Allah bisa saja melakukan segala hal dengan cara ini, atau dengan cara lain apa pun yang Dia pilih, seluruh kelanjutan pekerjaan penciptaan-Nya tidak dilaku- kan dengan cara itu.
Sebenarnya, ada pemahaman yang lebih baik mengenai ayat 2 yang perlu kita amati. Bahkan, ada terjemahan yang lebih baik yang akan membantu kita memahami lebih jelas apa yang dicatat Alkitab.
Kata ketiga dalam ayat kedua dari kitab Kejadian dalam Alkitab bahasa Inggris versi terjemahan New King James adalah “was”, yang dalam tata bahasa Inggris berarti “sebelumnya” atau “dulu” – “Bumi itu dulu...”. Kata aslinya dalam bahasa Ibrani se- benarnya dapat pula dengan tepat diterjemahkan menjadi “beca- me”, yang berarti “telah menjadi”. Ini adalah kata bahasa Ibrani yang sama yang digunakan dalam kisah Lot dan istrinya ketika mereka melarikan diri dari Sodom dan Gomora, yang kita dapat membaca bahwa istri Lot “telah menjadi” sebuah tiang garam. Da- lam kasus ini, istri Lot awalnya bukan tiang garam, tetapi dia men- jadi tiang garam sebagai akibat dari penghakiman Allah atasnya karena ketidaktaatannya.
Kata bahasa Ibrani ini dapat diterjemahkan dengan tepat baik sebagai “dulu” maupun “telah menjadi”. Karena itu, mener- jemahkan kata ini sebagai “telah menjadi” dalam ayat kedua kitab Kejadian adalah praktik yang dapat diterima, sehingga ayatnya kemudian akan berbunyi: “Bumi itu telah menjadi kosong dan tak berbentuk”, dan memberikan perspektif baru pada bagian ini. Ter- jemahan ini membuka banyak kemungkinan baru tentang bagai- mana memahami penciptaan dunia ini.
Frasa “kosong dan tak berbentuk” juga dapat diterjemah- kan secara berbeda, dan terjemahan yang berbeda ini akan mem- bantu kita melihat lebih jelas apa yang telah terjadi. Kata-kata ba- hasa Ibrani aslinya di sini adalah “tohu wah bohu” dan lebih tepat diterjemahkan sebagai “hancur dan kosong”.
Kedua kata bahasa Ibrani ini, “tohu” dan “bohu”, ditemu- kan bersama-sama dua kali lainnya dalam catatan Alkitab. Di ke- dua-duanya, penggunaannya merujuk pada penghakiman Allah atas sesuatu dan kehancuran sesuatu itu oleh penghakiman terse- but (Yes. 34:11; Yer. 4:23-27).
Ayat-ayat yang menggunakan kedua kata ini tidak ber- bicara tentang penciptaan, tetapi tentang murka dan kehancuran (catat konteksnya). Dalam ayat-ayat ini, konteksnya merujuk pada penghakiman Allah atas sesuatu yang menjadikan sesuatu itu hancur dan kosong.
Kata-kata “tohu” dan “bohu” ditemukan secara terpisah berkali-kali lainnya dalam Perjanjian Lama dan sebagian besar penggunaannya dengan jelas merujuk pada penghakiman Allah, murka-Nya, atau kehancuran-Nya. Hanya beberapa kali kata-kata ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang positif, dan tidak satu pun dari kejadian-kejadian ini secara tegas merujuk pada sesuatu yang baik.
Salah satu bagian yang sangat mencolok mengenai topik ini adalah Yesaya 45:18, yang dapat kita baca, “Sebab, beginilah fir- man TUHAN yang menciptakan langit; Dialah Allah yang mem- bentuk bumi, yang menjadikannya dan menegakkannya; yang menciptakannya bukan supaya kosong”. Kata bahasa Ibrani di sini yang diterjemahkan sebagai “kosong” adalah “tohu”. Maka, jelaslah bahwa Allah pada awalnya menciptakan bumi tidak tohu atau “tak berbentuk”, bukan seperti yang kita percaya dari terje- mahan-terjemahan Alkitab yang ada saat ini.
Ketika kita menghubungkan semua titik ini bersama-sama, sebuah gambaran muncul. Kini menjadi jelas bahwa pada awal- nya Allah menciptakan langit dan bumi dengan sempurna, seper- ti yang menjadi ekspektasi kita, tetapi lalu sesuatu terjadi. Pada suatu titik waktu terjadi sesuatu dan bumi “menjadi hancur dan kosong”.
Hal ini paling logis terjadi dalam kaitannya dengan waktu pemberontakan Setan. Ketika dewa dunia ini memberontak mela- wan Allah yang sejati, merusak dirinya sendiri dan sifatnya sendi- ri, dalam prosesnya dia merusak wilayah yang dia kuasai. Sangat mungkin bahwa Allah kemudian menghakimi dunia waktu itu dan menghancurkannya dengan air bah yang membanjiri.
Inilah kondisi bumi yang kita temukan dalam paruh ke- dua Kejadian 1:2 – tertutupi air serta dalam kegelapan dan kehan- curan. Meskipun kita tidak dapat menyimpulkannya dengan aku- rasi yang sempurna dari ayat ini dan dari beberapa ayat lain yang terkait dengannya, saya merasa bahwa kemungkinan besar inilah kejadiannya. Yang tersirat kepada kita dalam ayat kedua dari pa- sal pertama kitab Kejadian adalah cara kemunculan benda-benda ciptaan yang sebenarnya. Untuk melakukan studi yang lebih men- dalam tentang topik ini, baca buku tulisan G. H. Pember, Earth’s Earliest Ages [Zaman-Zaman Paling Awal Bumi] (terbitan Grand Rapids: Kregel Publications, 1975).
Titik menarik lainnya di sini adalah bahwa kata “mencip- takan” yang digunakan dalam ayat pertama Kejadian yang kita baca, “Allah menciptakan langit dan bumi”, berarti “membuat se- suatu dari ketiadaan”. Sebagian besar kata-kata lain dalam pasal pertama kitab Kejadian yang diterjemahkan sebagai “membuat” merujuk pada sesuatu yang dibangun dari bahan yang sudah ada. Kata “menciptakan” yang berarti “membuat sesuatu dari ketiada- an” hanya digunakan dua kali lainnya: dalam ayat 21, mengenai hewan, serta dalam ayat 26 dan 27 mengenai penciptaan kehidup- an manusia.
Tindakan-tindakan lain yang dilakukan Allah selama apa yang kita kenal sebagai “enam hari penciptaan” kemungkinan be- sar adalah enam hari pemulihan – pemulihan bumi yang awalnya telah diciptakan Allah. Sebuah contoh yang baik tentang pengerti- an ini dapat ditemukan dalam Kejadian 1:11, ketika Allah berkata, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda: tumbuhan yang menghasilkan biji dan berbagai jenis pohon yang menghasil- kan buah berbiji”.
Kemungkinannya adalah benih-benih ini, yang bertunas dan mulai menghasilkan berbagai jenis tanaman, sudah ada da- lam bumi. Bumi yang rusak yang Allah pulihkan itu mungkin me- ngandung benih dan Allah hanya memicunya untuk berkecam- bah, bertunas, dan mulai menghasilkan buah.
Bumi yang “hancur” yang kita baca dalam ayat 2 dari Keja- dian pasal 1, telah telanjur dilanda air bah. Dalam ketiadaan caha- ya apa pun, air banjir itu akan membeku. Jika sebelumnya ada ca- haya, yang lalu dihilangkan sebagai akibat dari penghakiman, ini akan menghasilkan “zaman es” yang mendadak dan meluas, yang menewaskan sebagian besar, bahkan mungkin semua, kehidupan.
Mungkin, lapisan es yang menutupi lautan dan sebagian besar daratan itu akan mengisolasi kedalaman laut yang ekstrem yang dekat dengan ventilasi suhu panas, yang secara konseptual memungkinkan untuk beberapa kehidupan laut bisa bertahan.
Ini bisa menjelaskan adanya ikan-ikan “fosil hidup” seperti coela- canth, yang ditemukan di laut amat dalam. Tentu saja, pemikiran ini hanyalah spekulasi dan tidak memiliki dasar alkitabiah yang menyeluruh.
Nah, yang dapat kita pegang dari pasal pertama kitab Ke- jadian adalah bahwa itu merupakan catatan tentang Allah memu- lihkan dan menciptakan kembali sesuatu yang sebelumnya telah Dia buat dengan sempurna dan lengkap, tetapi pernah Dia han- curkan karena Setan dan pemberontakannya.
Meskipun kita tidak dapat membuktikan semua hal ini secara meyakinkan dan ini bukan sesuatu yang menjadi dasar iman kita, saya percaya Anda akan melihat saat kita melanjutkan pembahasan bagaimana semua ini menjelaskan lebih banyak hal, bukan membuat banyak hal makin samar. Demikian pula, pema- haman ini memberikan gambaran yang lebih baik tentang apa yang Allah lakukan di bumi saat ini.
Sebenarnya, mungkin kriteria yang baik untuk menilai kebenaran ajaran tertentu adalah: bahwa ajaran itu menjelaskan lebih banyak hal alih-alih membuat banyak hal menjadi lebih membingungkan, yaitu memperluas pewahyuan kita mengenai tu- juan-tujuan Allah dan bukan mengaburkannya. Setiap ajaran me- ngenai Alkitab yang mengungkap, membuka, dan memperluas pe- mahaman kita mengenai Allah pasti mengandung bobot tertentu.
LAPISAN AIR
Fakta menarik yang juga layak disebutkan di sini adalah bahwa selama yang kita kenal sebagai “enam hari penciptaan”, Allah menahan lapisan air di atas atmosfer yang menutupi selu- ruh bumi. Ini tampak dalam Kejadian 1:6-8 yang dapat kita baca: “Berfirmanlah Allah, ‘Jadilah cakrawala di tengah-tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Maka jadilah demikian. Allah menamai cak- rawala itu langit.”.
Ayat-ayat ini memberi tahu kita bahwa Allah memisahkan air. Sebagian air Dia letakkan di atas “langit” dan yang lainnya di bawah langit. “Langit” khusus ini adalah apa yang kita kenal hari ini sebagai “udara”, langit, atau atmosfer. Meskipun kita tidak tahu bagaimana pemisahan itu dilakukan, kita bisa yakin bahwa hal itu dilakukan.
Adanya lapisan air yang ditahan di atas atmosfer meng- hasilkan berbagai efek. Salah satu efek itu adalah iklim dan cua- ca sebelumnya sangat berbeda dari yang kita kenal hari ini. Kita dibawa untuk memahami bahwa selama waktu ketika lapisan air itu masih utuh, di bumi tidak turun hujan di bumi, tetapi vegetasi disirami oleh kabut yang muncul dari tanah (Kej. 2:5, 6).
Demikian pula, mungkin lapisan air itu berfungsi seperti kaca di rumah kaca dan bahwa seluruh bumi berada pada tingkat suhu yang sama dan iklimnya tidak bervariasi banyak di segala tempat.
Mungkin, efek lain dari lapisan air itu adalah, pada masa itu, orang hidup jauh lebih lama – masa hidup manusia kira-kira sepuluh kali melebihi masa hidup kita saat ini. Ini bisa jadi meru- pakan teori efek dari lapisan air yang ditahan itu.
Meskipun tidak ada yang tahu dengan pasti setiap pe- nyebab penuaan, mungkin penuaan diperburuk oleh radiasi dan hujan partikel subatomik yang mencapai bumi dari luar angkasa. Partikel-partikel ini secara harfiah menembus tubuh kita setiap menit setiap hari.
Penahanan lapisan air itu akan melindungi bumi dan peng- huninya dari hal-hal seperti itu dengan menyerap sinar dan parti- kel ini. Saat ini, misalnya, sebagian bahan radioaktif terpendam di bawah air karena air menyerap radiasi yang dipancarkan. Maka, lapisan air semacam ini telah berkontribusi pada umur panjang orang-orang di masa itu. Yang kita tahu pasti adalah bahwa ketika lapisan air itu dihilangkan, usia maksimal individu manusia mulai menurun dengan cepat.
Ketika Allah membanjiri bumi pada zaman Nuh, kita di- beri tahu bahwa “tingkap-tingkap langit dibukakan” (Kej. 7:11). Maka, ketika hujan pertama terjadi, air yang ditahan di atas “la- ngit” atau atmosfer dilepaskan dan turun deras ke bumi, memban- jiri bumi seluruhnya.
Ketika semua air dilepaskan dan matahari mulai bersinar kembali, pelangi pertama muncul sebagai tanda kesetiaan Allah (Kej. 9:13). Secara alami, karena sebelumnya tidak pernah hujan, sebelumnya tidak pernah ada pelangi.
Segera setelah itu, umur manusia mulai menurun. Apa pun yang menembus bumi dari angkasa mulai terakumulasi di ta- nah, lingkungan, serta dalam tumbuhan dan hewan sampai men- capai semacam keseimbangan.
Proses ini memakan waktu beberapa ratus tahun, tetapi ketika kita melacak usia keturunan Nuh, mudah untuk melihat penurunan yang stabil sampai kita mencapai usia yang mendekati apa yang kita alami saat ini.
Maka, bagian dari penghakiman Allah atas umat manusia pada zaman Nuh adalah menghilangkan lapisan air yang melin- dungi dan dengan demikian mengurangi jumlah hari kehidupan manusia, yang dapat menjadi masa seseorang berbuat jahat di bumi. Seperti sudah dinyatakan, sepertinya penghakiman ini juga akan dicabut selama zaman Kerajaan dan manusia akan kembali hidup lebih tua (lihat Yes. 65:20).
Gagasan insidental lain yang bisa diperkirakan adalah bahwa keberadaan lapisan air itu, yang melindungi bumi dari ra- diasi, akan sangat mengubah beberapa teknik penanggalan ilmiah yang digunakan untuk menentukan usia fosil dan tulang dari pe- riode itu.
ROH-ROH JAHAT DAN MALAIKAT-MALAIKAT YANG JATUH
Kita tidak tahu dengan pasti kapan Setan jatuh. Namun, dengan pemahaman baru kita tentang ayat kedua kitab Kejadian, kita melihat bahwa hal itu bisa saja terjadi jauh sebelum – mung- kin jutaan tahun sebelum – penciptaan manusia. Yang kita tahu adalah bahwa, tak lama setelah manusia diciptakan, Setan berada di Taman Eden dalam keadaan jatuhnya.
Nah, seperti apa bumi pertama, yang dikuasai Setan, itu? Apa yang tampaknya ditunjukkan oleh catatan fosil adalah bah- wa dunia pertama yang hancur itu dipenuhi dengan kehidupan hewan dan tumbuhan. Bumi tampaknya dihuni oleh, antara lain, dinosaurus, yang tampaknya merupakan hewan yang ganas, agre- sif, “berbaju besi”, serta bersisik.
Penjelasan untuk perkiraan ini mungkin adalah bahwa makhluk-makhluk itu mencerminkan sifat penguasa yang me- merintah mereka. Tentunya, sulit untuk membayangkan bahwa mereka mencerminkan sifat Allah, seperti sifat ciptaan awal saat sebelum kejatuhan dan sedikit sisa-sisanya pada keturunan cipta- an saat ini. (Meskipun sebagian orang bersikeras bahwa manusia awal dan dinosaurus hidup bersamaan, bukti untuk hal ini sangat- lah minim.)
Ketika Allah menghakimi ciptaan pertama dengan air bah, semua hewan di bumi dimusnahkan. Inilah gambaran bumi yang ditunjukkan kepada kita dalam ayat kedua kitab Kejadian: bumi hancur, kosong, tertutupi kegelapan, dan tenggelam di bawah air. Seperti yang sudah disebutkan, dalam ketiadaan cahaya, air ini mungkin telah membeku, sehingga menghasilkan dunia yang sa- ngat tandus dan tidak dapat dihuni.
Hal ini kemudian bisa menjelaskan kepada kita asal-usul roh-roh jahat. Kebanyakan orang Kristen diajarkan bahwa roh ja- hat adalah malaikat yang jatuh, sebenarnya, belum tentu demiki- an. Meskipun ini adalah kepercayaan tradisional yang kuat dalam Gereja, tidak ada satu ayat Alkitab pun yang menyatakan bahwa kebenarannya demikian. Sayangnya, hubungan ini terutama dibu- at berdasarkan tebakan dan banyak orang menerimanya sebagai fakta, tanpa dasar alkitabiah.
Meski demikian, yang kita tahu adalah bahwa dalam Al- kitab ada hubungan kuat antara roh jahat (roh-roh najis) dan air. Yesus mengajarkan bahwa ketika roh jahat keluar dari seseorang, dia berkeliaran melalui tempat-tempat yang tidak berair mencari tempat beristirahat (Mat. 12:43). Tampaknya, roh jahat membutuh- kan semacam air untuk dapat “beristirahat”. Ketika Yesus mengu- sir legion roh-roh jahat, mereka meminta untuk bisa masuk ke da- lam babi yang sedang makan di dekatnya. Babi-babi ini kemudian berlari turun ke tebing menuju laut (Mrk. 5:12,13). Jelas, para roh jahat ini ingin cepat sampai di sana.
Ada juga ayat dalam kitab Ayub yang menyebutkan “ar- wah-arwah di bawah menggeletar, demikian juga air dan peng- huninya” (Ayb. 26:5). Siapa “arwah-arwah” ini jika bukan roh-roh jahat? Meragukan jika kita menganggap ayat ini hanya merujuk pada sedikit saja pelaut yang telah meninggal di laut sebelum ki- tab Ayub ditulis.
Semua orang mati, baik yang mati tenggelam maupun yang mati dengan cara lain, berpindah ke tempat yang telah di- siapkan Allah untuk mereka, entah hades atau sheol. Mereka yang tenggelam tidak mendapat perlakuan khusus sehingga arwah me- reka bisa menunggu saja di dasar laut. Maka, “arwah-arwah” itu tidak mungkin roh manusia.
Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam penciptaan asli, ada makhluk-makhluk di bumi dengan tubuh dan roh. Setelah penghakiman dari Allah, yang tampaknya berupa air bah di bumi, tubuh mereka dimusnahkan tetapi roh mereka terus hidup di bawah air. (Lihat Pkh. 3:21.)
Makhluk-makhluk inilah yang kemudian menjadi makh- luk yang sekarang kita kenal sebagai roh jahat – roh-roh najis. Roh- roh najis ini kemudian dipahami sebagai roh-roh tak berwujud dari makhluk yang hidup di bawah kekuasaan Setan yang jatuh di bumi, yang telah ada sejak sebelum ciptaan saat ini. Selain itu, roh-roh najis ini hidup, atau lebih suka hidup, di dalam air.
(G. H. Pember, dalam bukunya yang berjudul Earth’s Ear- liest Ages, berspekulasi bahwa makhluk-makhluk yang memun- culkan roh jahat adalah makhluk yang menyerupai manusia. Memang, dalam edisi sebelumnya dari buku ini, saya pun meng- adopsi pengertian ini sebagai sebuah kemungkinan. Namun, ka- rena catatan fosil tidak menghasilkan bukti yang kuat tentang ini, saat ini pandangan saya telah berubah.) Meskipun, sekali lagi, kita mungkin tidak dapat membuat kesimpulan mutlak tentang hal- hal ini, ada beberapa bukti Alkitab yang mendukungnya.
Hal ini juga memberikan penjelasan bagi kita mengapa roh jahat ingin memiliki atau menghuni tubuh manusia. Jika mereka dulunya adalah roh yang tinggal dalam semacam tubuh dan ke- mudian menjadi “tak berwujud” karena penghakiman Allah, ti- dak diragukan mereka ingin kembali menghuni tubuh agar mera- sa nyaman. Demikian pula, ketika mereka tidak berada di dalam tubuh, mungkin mereka lebih suka hidup di dalam air karena hal itu menyerupai tinggal di dalam tubuh fisik, yang 57-60% terdiri dari air.
Ayat penting lainnya dapat ditemukan dalam Wahyu 20:13, yang memberi tahu kita tentang penghakiman akhir yang akan datang. Kita dapat membacanya: “Lalu laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.”.
Saya ingin mengemukakan kepada Anda bahwa semua manusia yang mati (ini tidak mungkin orang percaya karena orang percaya dibangkitkan seribu tahun lebih awal), baik mereka mati tenggelam atau dengan cara lain, ada di dalam “maut dan Hades”. Mereka tidak berada di dalam laut. Oleh karena itu, “orang mati di laut” tentulah bentuk makhluk lain. Menariknya, ini adalah orang- orang yang dibangkitkan terlebih dahulu, yang mungkin dihakimi lebih dahulu karena mereka diciptakan lebih dahulu.
Di sisi lain, malaikat diciptakan lebih tinggi daripada manusia. Kita membaca bahwa manusia diciptakan sedikit lebih rendah dari malaikat (Mzm. 8:5). Mereka tampaknya bisa muncul dalam bentuk tubuh kapan pun mereka inginkan. Mereka tidak memiliki kebutuhan atau keinginan yang jelas untuk memiliki tu- buh manusia.
Kita juga diberi tahu bahwa malaikat yang jatuh hidup di udara, bukan di laut (Ef. 2:2). Fakta-fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa malaikat yang jatuh yang memerintah bumi ini bersa- ma Setan memiliki tempat tinggal di atmosfer, yaitu di udara, dan bukan di air atau laut.
Gambaran lengkap tentang musuh-musuh Allah – roh-roh jahat di laut dan malaikat-malaikat yang jatuh di udara – dengan jelas digambarkan oleh bacaan Alkitab yang menceritakan Yesus menyeberangi laut dengan perahu (Mrk. 4:35-41). Ombak (tempat tinggal roh-roh jahat) bangkit dan topan (wilayah malaikat yang jatuh) bertiup ketika Yesus tertidur, tampaknya dalam upaya un- tuk menghancurkan-Nya. Ketika Dia terbangun, Dia menegur me- reka dan berkata, “Diam! Tenanglah!” (ay. 39). Yesus Kristus me- miliki otoritas penuh baik atas malaikat yang jatuh maupun atas roh jahat.
Mengapa memahami perbedaan antara malaikat yang ja- tuh dan roh jahat penting? Ini penting karena kita perlu tahu jenis roh apa yang kita hadapi. Dalam peperangan kita melawan keja- hatan, kita perlu menyadari jenis kekuatan apa yang kita hadapi. Jika kita salah dalam pemahaman ini, kita mungkin jadi melaku- kan banyak hal yang bodoh dan bahkan merugikan.
Mungkin dalam perjalanan Anda bersama Tuhan, Anda pernah memiliki beberapa pengalaman yang kini bisa dijelaskan oleh pengertian baru ini. Dari membaca Perjanjian Baru, kita tahu bahwa Yesus memberikan pengikut-Nya otoritas mutlak atas roh- roh najis – roh-roh jahat. Yesus, dan kemudian murid-murid-Nya, mengusir mereka dengan sepatah kata saja.
Namun, kadang kita mendapati diri kita dihantui dan di- serang oleh kekuatan spiritual yang, ketika kita menegur mereka, tidak langsung menaati perintah kita. Sering kali, kita menemukan diri kita terlibat dalam pergumulan spiritual yang tidak bisa hanya diselesaikan dengan “sepatah kata”.
Penjelasan yang logis untuk hal ini adalah bahwa mereka sama sekali bukan roh jahat, melainkan malaikat yang jatuh – pe- nguasa dan kuasa yang melawan kita. Meskipun kita memiliki ke- kuatan untuk menang dalam pertempuran ini, kita belum diberi otoritas penuh atas lawan kita saat ini. Paulus berkata kita “berju- ang” melawan penguasa dan kuasa (Ef. 6:12). Perjuangan kita me- lawan mereka adalah bagaikan gulat dan pertarungan. Jika Anda telah memiliki otoritas penuh atas seseorang, tentu tidak ada ke- butuhan untuk bergulat.
Di sisi lain, peperangan kita dengan roh-roh jahat adalah salah satu otoritas mutlak dan perintah. Ketika kita menegur me- reka, mereka akan lari. Jadi jika Anda bisa menegur roh jahat yang mengganggu Anda dan mereka lari, ini mungkin menunjukkan bahwa itu adalah kekuatan roh jahat.
Namun, jika Anda ternyata harus bergulat, berjuang, me- nahan diri, dan mencari pertolongan Allah untuk waktu yang lama, kemungkinan ini adalah bergulat dengan malaikat yang ja- tuh, yang dibicarakan dalam Alkitab.
Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak bisa menang da- lam pertempuran ini, tetapi ini hanya berarti bahwa cara pepe- rangan dan kemenangan itu berbeda dan harus dipahami dengan jelas oleh mereka yang berjalan bersama Tuhan.
Ada sebagian orang percaya saat ini yang tidak menyadari peringatan di atas, sehingga mengikuti petunjuk untuk menegur dan bahkan menghina setan dan malaikatnya. Saya pernah berada di beberapa pertemuan doa tempat orang percaya memanggil Iblis dengan kata-kata kasar dan mengejeknya – berteriak, “mengikat”, dan menghardik dia dan bala tentaranya dengan volume keras, bahkan otoritas penuh.
Ini adalah aktivitas yang diperingatkan untuk tidak dila- kukan, baik dalam 2 Petrus 2:10 maupun Yudas 8. Di ayat-ayat ini kita menemukan peringatan kuat untuk tidak “menghina ke- kuasaan Allah” atau “menghujat semua yang mulia di surga”. “Menghujat” berarti “menghina atau memarahi dengan bahasa yang kasar atau tidak sopan”. “Yang mulia” di sini merujuk pada makhluk-makhluk mulia atau malaikat. Beberapa terjemahan menggunakan kata “pemerintahan” alih-alih “para makhluk”, te- tapi ayat-ayat berikutnya dalam peringatan ini menjelaskan bah- wa ini merujuk pada Iblis dan malaikatnya. Kita diberi tahu bahwa “mencerca” mereka adalah hal yang bodoh dan bersifat kedaging- an, yang bahkan malaikat yang paling tinggi dan kudus pun tidak berani melakukannya.
Saudara-saudari, mari kita berhati-hati dalam peperangan kita dengan musuh dan melakukannya menurut Roh, bukan me- nurut daging. Kita harus memiliki pengetahuan dari Tuhan me- ngenai jenis musuh apa yang kita hadapi.
Janganlah terbawa ke dalam praktik dan ide-ide yang bo- doh dan merugikan, tetapi lebih fokuskan perhatian Anda pada Tuhan Yesus Kristus, layani Dia dengan hidup Anda, dan lawan- lah upaya-upaya Iblis setiap saat.
Sebelum kita menyimpang terlalu jauh, mari kita kembali ke topik utama kita. Setelah pekerjaan penciptaan pertama Allah, bumi yang asli rusak oleh kejatuhan Setan dan pemberontakannya terhadap Allah bersama dengan semua makhluk di bumi. Allah kemudian menghakimi bumi itu, menghancurkannya dengan air bah. Bumi yang hancur dan rusak ini kemudian Allah pulihkan, kembalikan, dan bawa kembali kepada-Nya.
Dia tidak pernah membiarkan dan memang tidak mem- biarkan Iblis mengalahkan-Nya. Dia hanya mulai melanjutkan pelaksanaan rencana-Nya untuk bumi ini: untuk memulihkannya kepada-Nya, menegaskan kewenangan-Nya yang sah atasnya, dan mengisinya lagi dengan makhluk-makhluk yang akan taat ke- pada-Nya. Inilah yang akan kita bicarakan di bab selanjutnya.
Pembahasan yang telah berlangsung sejak sebelumnya ini merupakan upaya untuk melukiskan gambaran dan menetapkan suatu latar, saya ibaratkan demikian, untuk apa yang akan kita lihat dalam sisa kelanjutan isi buku ini. Jika kita ingin memahami tujuan-tujuan Allah untuk bumi, penting bagi kita untuk menge- tahui riwayatnya.
Kerajaan Allah – pemerintahan-Nya atas bumi – adalah sesuatu yang benar-benar ada di dalam hati-Nya. Pandangan tentang bumi yang telah disajikan di sini seharusnya akan sangat membantu kita dalam memahami mengapa Allah berusaha untuk kembali menetapkan kewenangan-Nya atasnya.
Agar Dia dapat sepenuhnya mengalahkan musuh-Nya, Dia harus merebut kembali kendali atas wilayah yang telah di- rebut. Ini tidak cukup hanya dilakukan dengan menyelamatkan beberapa jiwa dan membawa mereka ke surga. Bumi ini, bersa- ma dengan seluruh penghuninya, harus sepenuhnya tunduk pada kewenangan-Nya. Dan, kita tahu bahwa rencana ini akan selesai ketika Yesus datang kembali untuk memerintah. Kerajaan Allah pada akhirnya akan datang ke bumi.
Akhir bab 5
Baca bab-bab lain secara online:
We are always looking to offer books in more languages.