A Grain Of Wheat Ministries

Membaca Online
Datanglah kerajaan-mu

HARI TUHAN

Bab 4

Datanglah kerajaan-mu, buku oleh David W. Dyer

PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”

Oleh David W. Dyer

Diterjemahkan oleh L. Yunnita

DAFTAR ISI

Pendahuluan, Bab 1: “Datanglah kerajaan-mu

Bab 2: Dua “kerajaan”

Bab 3: Kronologi singkat

Bab 4: Hari tuhan (Bab saat ini)

Bab 5: Pada mulanya

Bab 6: Amanat tuhan - kegagalan manusia

Bab 7: Kerajaan allah ada di antara anda

Bab 8: “Tuhan, tuhan”

Bab 9: Balasan yang setimpal

Bab 10: Pengampunan dan penghakiman

Bab 11: Anak laki-laki

Bab 12: Hidup dalam kemenangan

Bab 13: Kepemimpinan dan kerajaan allah

Bab 14: “Pekerjaan iman”

Bab 15: Kata-kata penghiburan, Kesimpulan



Bab 4: HARI TUHAN

Hari Tuhan adalah hari “seribu tahun” yang ketujuh (dan terakhir) dunia ini. Hari ini dimulai dengan penampakan Yesus Kristus, yaitu “kedatangan kedua”, dan berakhir dengan datangnya kekekalan masa depan. Hari Tuhan juga adalah Kera- jaan Seribu Tahun yang telah kita bahas.

Sebagian orang Kristen tidak menyadari bahwa Hari Tu- han adalah hari “seribu tahun” yang panjang, sehingga sering mengalami kebingungan ketika membaca ayat-ayat yang berka- itan dengan itu. Semoga bab ini dapat membantu menghilangkan sebagian kebingungan tersebut.

Setidaknya, sebagian dari kesalahpahaman orang tentang Hari Tuhan berasal dari fakta bahwa ketika Alkitab menyebutkan Hari Tuhan, pembahasannya bukan hanya tentang kedatangan Yesus dalam awan dan penghakiman-Nya terhadap orang-orang kudus, melainkan juga berbicara tentang langit dan bumi yang meleleh, terbakar, dan lenyap (2Ptr. 3:10).

Dari membaca ayat-ayat seperti ini, orang jadi terbawa un- tuk percaya bahwa kedatangan kembali Yesus adalah awal dari kekekalan. Hal itu tidak benar. Dengan pengetahuan bahwa Hari Tuhan adalah hari seribu tahun, semua kebingungan hilang. Ba- nyak hal terjadi selama Hari Tuhan dan, dalam bab ini, kita akan menyelidiki beberapa di antaranya yang paling penting.

Salah satu peristiwa pertama yang terjadi selama Hari Tu- han adalah sesuatu yang telah kita sebutkan: penghakiman orang- orang percaya. Ketika Yesus Kristus kembali, kita akan bangkit untuk bertemu Dia di udara dan kemudian kembali bersama-Nya ke bumi untuk bersama-Nya mendirikan Kerajaan Seribu Ta- hun-Nya.

Setelah pengangkatan (istilah yang digunakan sebagian orang untuk makna penjemputan ke udara pada orang-orang ku- dus) dan sebelum kita memulai peran kita dalam Kerajaan Kristus, akan ada penghakiman. Kita semua akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Kristus dan memberikan pertanggungjawaban ke- pada-Nya atas hal-hal yang telah kita lakukan selama hidup dalam tubuh fisik kita (2Kor. 5:10). Kata “kita” di sini pasti merujuk pada orang-orang percaya karena kepada merekalah surat ini ditulis.

Penghakiman ini berbeda dari penghakiman akhir atas semua orang pada akhir Seribu Tahun, yang biasanya disebut “penghakiman takhta putih yang besar”. Di sisi lain, “Takhta penghakiman Kristus” adalah sesuatu yang muncul sebelum Se- ribu Tahun itu dan hanya melibatkan orang-orang percaya. Pada penghakiman pertama inilah apa yang telah kita lakukan akan di- timbang. Penghakiman orang-orang percaya ini adalah unsur pen- ting dalam Hari Tuhan.

Ada banyak aspek menarik dari penghakiman ini yang harus dipahami oleh orang Kristen; namun, kebanyakan dari as- pek-aspek itu akan dibahas dalam bab-bab berikutnya. Cukuplah saat ini untuk disebutkan bahwa akan ada penyelidikan menye- luruh terhadap orang-orang percaya pada awal Hari Tuhan, sebe- lum masuk bersama Dia ke dalam Kerajaan Seribu Tahun.

PENGANGKATAN

Izinkan saya untuk mengambil sedikit waktu di sini untuk berbicara mengenai pengangkatan, yang menandai awal masa Se- ribu Tahun. Ini adalah peristiwa ketika semua anak Tuhan diang- kat dari bumi untuk bertemu dengan Tuhan di udara (1Tes. 4:17). Saat menjelaskan peristiwa ini, Yesus mengatakan bahwa di mana “ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun” (Mat. 24:28). Ini adalah referensi tentang burung nasar yang sering berputar-putar di udara dalam jumlah besar di atas bangkai hewan mati.

Jangan biarkan diri Anda tersinggung dengan pengguna- an analogi tentang burung nasar ini oleh Yesus. Tidak ada konotasi negatif yang perlu diambil dari analogi ini. Ini hanyalah ilustrasi alami terbaik yang dapat Dia gunakan karena merupakan sesuatu yang setiap orang pada zaman itu akan mengerti. Ini pun adalah pemandangan yang sangat umum di banyak bagian dunia saat ini.

Ketika Tuhan datang kelak, semua orang percaya akan berkumpul bersama Dia. Tidak peduli di mana kita berada saat itu, kita akan naik ke udara dan berkumpul ke tempat Dia berada. Kita akan bertemu Dia “di udara” dan kemudian turun kembali bersama-Nya ke bumi.

Lalu, ke mana tepatnya Dia datang? Dia akan datang ke Yerusalem. Kaki-Nya akan bertumpu di Bukit Zaitun, bumi akan retak terbelah, dan banyak orang akan melarikan diri ke dalam retakan ini untuk mencari perlindungan (Za. 14:4,5). Semua orang percaya akan menjadi saksi mata peristiwa ini.

Bukan hanya orang percaya yang hidup yang akan diang- kat. Pada saat yang sama, orang-orang yang telah mati dalam Kris- tus akan bangkit dari kubur mereka dan naik untuk bertemu Dia di udara juga.

“Sebab pada waktu aba-aba diberi pada waktu pemimpin malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang ma- sih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.” (1Tes. 4:16,17).

Seorang teman saya pernah membagikan sebuah ide me- narik tentang kata “menyongsong”. Dia mengatakan bahwa pada zaman Perjanjian Baru ketika seorang raja yang menang kembali ke kotanya dengan pasukannya dan semua tawanan, penduduk kota itu akan keluar dari kota untuk bertemu dan menyongsong sang raja dan kemudian akan kembali ke kota bersamanya untuk menik- mati perayaan kemenangannya.

Gambaran yang luar biasa! Ini persis menggambarkan ba- gaimana pengangkatan akan terjadi. Kita akan naik untuk bertemu dan menyongsong Dia di udara lalu kita kemudian akan kembali bersama Dia ke bumi. Alasan mengapa kita diangkat tampaknya terutama untuk mengumpulkan semua orang percaya bersama di satu tempat.

Ketika Tuhan datang kembali, kita akan diangkat ke tem- pat Dia berada sehingga kita dapat kembali bersama Dia ke tem- pat tujuan yang Dia akan pergi – tanah Israel dan kota Yerusalem.

Oleh karena itu, untuk menghindari kebingungan, kita ha- rus mengingat satu hal: peristiwa ini bukan awal dari kekekalan. Ini hanya bagian pertama dari Hari Tuhan, hari yang harus kita semua nantikan

Banyak orang berpikir bahwa penghakiman yang terjadi pada saat ini akan berlangsung ketika kita sedang tergantung-gan- tung di udara. Sebagian orang lainnya berspekulasi bahwa kita akan pergi bersama Tuhan kembali ke surga, menunggu sebentar di sana, kemudian kembali lagi bersama-Nya, sehingga perlu ada beberapa kali “penampakan” Yesus Kristus di akhir zaman.

Namun, tampaknya mungkin bahwa penghakiman orang percaya dapat terjadi di sini, di bumi. Satu hal yang Alkitab kata- kan kepada kita dengan jelas adalah bahwa akan ada penghakim- an seperti itu dan bahwa kita akan terlibat di dalamnya.

Hal lain yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah bah- wa ketika kita diangkat, tubuh kita akan dimuliakan. Kita memba- ca, “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. [...] orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang ti- dak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1Kor. 15:52).

Oh, betapa mulianya hari itu! Tubuh kita yang cemar, yang telah jatuh, akan dibuat menjadi bersifat surgawi. Efek jahat dari kejatuhan, kematian yang bekerja dalam tubuh kita, akan dihilang- kan sepenuhnya. Dan, penerimaan tubuh kita yang dimuliakan itu hanyalah permulaan, sebuah langkah persiapan bagi pewarisan Kerajaan yang sedang disiapkan oleh Kristus.

Perhatikan di sini bahwa ayat ini memberi tahu kita tepat- nya kapan pengangkatan akan terjadi, yaitu “pada waktu bunyi nafiri yang terakhir”. Kebanyakan orang Kristen menyadari bah- wa selama masa sengsara ada tujuh nafiri yang berbunyi (lihat Why. 8:2, dst.). Agar nafiri yang disebut Paulus ini menjadi “nafiri yang terakhir”, adalah sebuah keharusan yang wajib bahwa nafiri tersebut dibunyikan entah setelah ketujuh nafiri yang disebutkan dalam Wahyu atau mungkin nafiri yang ketujuh itu. Pastinya, itu tidak mungkin nafiri lain yang sebelumnya, karena jika demikian nafiri itu tidak bisa menjadi “yang terakhir”. Ini akan menempat- kan waktu pengangkatan di akhir masa sengsara, atau setidaknya mendekati titik akhirnya.

Bagian lain dalam Alkitab yang juga memberikan sedi- kit pencerahan tentang waktu peristiwa ini adalah Matius 24:29 dan 31, yang berkata, “Segera sesudah siksaan pada masa itu, [...] Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpul- kan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi”.

Meskipun ada sebagian orang yang bersikeras bahwa “pi- lihan-Nya” di sini merujuk pada orang-orang Yahudi dan bukan pada orang Kristen, pengertian itu tidak sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa orang-orang di bumi (bukan malaikat) akan membawa orang-orang Yahudi kembali ke Israel setelah kepulangan Tuhan (Yes. 49:22). Selain itu, orang per- caya sering disebut sebagai “orang-orang pilihan Allah” (Rm. 8:33; Kol. 3:12; Luk. 18:7).

Sebenarnya, waktu pengangkatan bukanlah tema sentral buku ini. Tema ini juga tidak seharusnya menjadi kontroversi. Saya hanya mengemukakan pemikiran ini agar pembaca dapat mere- nungkannya dan membentuk kesimpulan mereka sendiri. Oleh karena itu, tolong jangan sampai fokus perhatian Anda teralihkan olehnya dari seluruh sisa isi buku ini. Waktu pengangkatan memi- liki sedikit saja pengaruh terhadap kelanjutan pesan utama ini.

HARI SABAT

Banyak dari Anda mungkin ingat ayat Alkitab yang ber- kata, “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh” (Kel. 20:11). Hari ketujuh ini adalah hari Sabat. Ini adalah hari isti- rahat Tuhan. Ini bukan hanya istirahat awal Allah, melainkan juga merupakan bayangan yang merujuk pada hari istirahat akhir, ya- itu Hari Tuhan.

Kerajaan Seribu Tahun adalah hari “seribu tahun” yang ketujuh, yang juga merupakan waktu istirahat bagi Allah dan umat-Nya. Meskipun itu bukanlah istirahat akhir atau istirahat penuh yang akan ada dalam kekekalan, tetap saja itu merupakan istirahat sebagian yang akan Allah nikmati; dan kita, umat Allah, akan menikmatinya bersama Dia.

Dalam Ibrani pasal 3 dan 4, penulis kitabnya menyebut tentang perhentian Allah yang akan datang ini, dan dia mengim- bau pembaca untuk berusaha keras untuk memasukinya agar ti- dak ada di antara mereka yang dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1). Mungkin akan berguna bagi setiap pembaca buku ini untuk ber- henti sejenak saat ini dan membaca dua pasal tersebut untuk meli- hat gagasan ini dalam konteksnya.

Hari Sabat bukan hanya bayangan dari istirahat yang akan kita nikmati bersama Allah di masa Seribu Tahun, melainkan juga sebuah bentuk istirahat yang sekarang pun bisa kita nikmati da- lam Yesus Kristus.

Saat ini, secara rohani kita dapat memasuki istirahat Sabat Allah melalui Dia. Kita dapat berhenti dari pekerjaan kita sendiri seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Sebenarnya, ini adalah kunci sesungguhnya untuk menikmati pengalaman kekristenan yang hidup. Kita harus belajar untuk berhenti dari pekerjaan kita sendiri – melakukan apa yang kita ingin lakukan sendiri, untuk diri kita sendiri, dan dengan energi kita sendiri – dan beristirahat dalam Allah. Jangan salah paham, beristirahat ini bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa sama sekali. Ini hanyalah perhenti- an dari melakukan hal-hal dengan usaha dan energi kita sendiri.

Ketika orang Farisi mengonfrontasi Yesus tentang tidak memelihara hari Sabat, Dia berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai se- karang, maka Aku pun bekerja juga.” (Yoh. 5:17). Meskipun Allah beristirahat dari pekerjaan-Nya setelah Dia menciptakan langit dan bumi, Yesus berkata kepada kita bahwa Dia masih bekerja. Dia masih melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan-Nya. Alas- an Allah terus bekerja adalah karena musuh-Nya, Iblis, merusak apa yang telah Dia ciptakan sejak semula sehingga muncul kebu- tuhan bagi-Nya untuk melakukan sesuatu lebih lanjut untuk me- menuhi rencana-Nya.

Ya, hari ini Yesus Kristus masih bekerja dan kita harus te- tap bekerja bersama Dia. Kita harus melakukan “[...] pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Ef. 2:10). Namun, bekerja seperti itu juga bisa menjadi istirahat. Jika kita tinggal di dalam Dia, dan mengandalkan kekuatan-Nya untuk melakukan perintah-Nya, kita akan menemukan kedamaian. Dia menjelas- kan kepada kita bahwa kuk-Nya itu enak, beban-Nya ringan, dan bahwa kita akan menemukan istirahat dalam melakukan peker- jaan-Nya (Mat. 11:29, 30).

Ketika kita mendapati diri kita berjuang dan mencoba sa- ngat keras untuk melayani Tuhan, ketika kita menyadari bahwa kita letih dan kelelahan, ini hanya menunjukkan bahwa kita tidak menjalani istirahat Allah. Kita belum memasuki perhentian super- natural yang tersedia bagi kita. Tentu saja kita tahu bahwa istirahat sekarang ini tidak utuh. Selama Hari Tuhan, kita akan menikmati istirahat yang lebih dalam dan, dalam kekekalan nanti, istirahat yang penuh.

Salah satu alasan mengapa kita akan dapat beristirahat se- lama seribu tahun adalah bahwa Yesus Kristus akan mengalahkan semua musuh-Nya. Dalam kitab suci kita membaca bahwa Dia harus memerintah sampai Dia telah menundukkan semua mu- suh-Nya di bawah kaki-Nya (1Kor. 15:25). Pemerintahan Seribu Tahun atau “Kerajaan” Yesus Kristus ini adalah aspek lain dari Hari Tuhan. Pada masa Hari Tuhan itu Dia akan menegakkan pe- merintahan-Nya yang sah atas seluruh bumi.

Semua bangsa, negara, hewan, bahkan alam itu sendi- ri akan ditundukkan di hadapan-Nya. Kita membaca bahwa Dia akan memerintah bangsa-bangsa dengan tongkat besi (Why. 2:27). Kita juga diberi tahu bahwa singa akan makan jerami seperti lembu dan anak-anak akan aman di sekitar binatang berbisa (Yes. 11:6-8). Sepertinya seluruh aturan alam akan diubah dan dijadikan damai.

Musuh terakhir yang akan dihancurkan adalah kematian. Di akhir masa Seribu Tahun, Sang Anak yang menang akan me- nyerahkan Kerajaan yang telah Dia tundukkan pada-Nya kepada Allah Bapa, agar Allah memiliki pemerintahan yang penuh atas segala yang telah Dia ciptakan (1Kor. 15:24-28).

Selama pemerintahan Kerajaan Kristus, Dia akan memu- lihkan segala sesuatu menjadi benar kembali. Dia akan menghen- tikan ketidakadilan, mengatasi masalah polusi, dan mengakhiri perang (Mi. 4:3). Semua kejahatan yang dilakukan akan dihukum dengan cara yang adil dan setara, yang hanya Allah sendiri yang dapat menanganinya. Banyak hal tentang dunia kita yang jahat saat ini yang begitu membingungkan dan menyedihkan, tetapi akan dipulihkan menjadi baik ketika Yesus kembali. Dia akan me- merintah dunia ini dengan sempurna.

Hal lain yang akan berdampak sangat besar dalam pemu- lihan kembali kekacauan dunia ini adalah bahwa setan akan di- belenggu selama seribu tahun. Selama waktu itu dia akan diikat dan dilemparkan ke dalam jurang yang tak berdasar (Why. 20:2, 3). Pengaruh Iblis, yaitu pemerintahannya atas dunia saat ini, akan dihilangkan, dan Yesus Kristus akan mengambil alih kembali po- sisi-Nya yang sah sebagai Raja. Yesus akan memerintah dan men- dirikan Kerajaan-Nya atas segala bangsa dan negara di bumi.

Sayangnya, pemerintahan Yesus Kristus ini, dalam banyak kasus, hanya akan menjadi ketundukan di luar. Ketika setan di- lepaskan lagi untuk sesaat di akhir pemerintahan Seribu Tahun, semua bangsa akan mengikutinya dalam pemberontakan mela- wan Tuhan (Why. 20:7-9). Mereka akan mengumpulkan tentara dan mengepung kota suci yang dikasihi untuk melawan Dia dan orang-orang kudus-Nya. Pemberontakan ini barulah berakhir ke- tika api turun dari surga dan menghanguskan mereka (Why. 20:9).

Episode tragis ini menggambarkan secara apa adanya se- buah fakta penting. Pemerintahan Kerajaan Seribu Tahun tidak akan menjangkau hati semua manusia. Meskipun seluruh bumi secara tampak luar akan tunduk kepada Yesus, secara batin sifat jahat manusia yang jatuh itu akan terus hidup. Sifat berdosa yang mereka warisi dari Adam masih akan ada.

Meskipun secara tampak luar mungkin muncul sikap ke- benaran dengan manifestasi eksternal berupa perilaku dosa yang dihilangkan, hati manusia tidak berubah kecuali mereka memiliki pengalaman pribadi yang nyata dengan Allah. Tanpa unsur pen- ting ini semua dosa batin seperti ketamakan, keserakahan, hawa nafsu, kebencian – hal-hal yang tidak selalu terlihat dari luar – akan tetap aktif di dalam hati orang-orang yang menghuni bumi selama pemerintahan Kristus ini.

Betapa beruntungnya kita hari ini karena memiliki kesem- patan untuk mengenal Yesus secara pribadi – untuk memiliki hi- dup-Nya yang hidup di dalam diri kita dan untuk memiliki Dia yang menyucikan kita dari dalam ke luar! Melalui Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, Dia dapat membersihkan hidup kita dari si- fat berdosa yang menyebabkan kita melakukan hal-hal yang tidak bermoral.

Dia sanggup menyelamatkan kita sepenuhnya dari segala kejahatan yang ada di dalam hati kita. Kita orang Kristen sanggup untuk tidak hanya berhenti melakukan perbuatan luar yang ber- dosa, tetapi kita juga dapat diubah secara batin menjadi seperti Yesus. Oh, betapa agungnya keselamatan dari-Nya itu!

Aspek lain dari pemerintahan Seribu Tahun Yesus Kristus di bumi adalah bahwa itu adalah pemenuhan janji Allah kepada Raja Daud, bahwa keturunannya tidak akan pernah terputus dan selalu akan ada seseorang dari keturunannya yang duduk di takh- tanya. Daud, raja Israel, dijanjikan bahwa salah satu keturunannya akan memerintah menggantikan dirinya selamanya (2Sam. 7:12, 13). Keturunan ini adalah “Sang Raja Damai”! Kerajaan-Nya tidak akan pernah berkesudahan (Yes. 9:6, 7). Apa yang Allah janjikan kepada Daud, Dia akan genapkan, dan kita akan menjadi bagian dari itu.

Kerajaan Kristus juga merupakan pemenuhan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan mewarisi tanah Israel dan memilikinya selamanya (Kej. 17:8). Ketika Yesus Kristus da- tang kembali kelak, Dia akan mengumpulkan semua orang Yahu- di dari bangsa-bangsa tempat mereka tersebar – setiap orang dari mereka semua – dan membawa mereka kembali ke tanah Israel (Yeh. 39:28).

Setelah itu, menurut pasal 48 Yehezkiel, Yesus akan mem- bagi-bagi tanah itu di antara kedua belas suku. Ayat-ayat dalam Yehezkiel ini sangat menarik untuk dibaca dan semuanya menun- jukkan rincian pembagian tanah itu dengan teliti. Juga disebutkan di dalamnya tentang adanya sebuah jalur tanah yang membentang dari timur ke barat yang disebut bagian “milik raja” (Yeh. 48:21, 22). Di bagian tanah inilah umat Allah mungkin akan tinggal.

Dari kota Allah, yang pada waktu itu disebut “TUHAN hadir di situ”, Dia akan memerintah (Yeh. 48:35). Keturunan Ab- raham, orang-orang Yahudi menurut garis keturunan di bumi, akan mewarisi tanah yang dijanjikan Allah. Mereka yang adalah “keturunan iman”, yakni orang-orang percaya Yahudi dan dari bangsa-bangsa lain pada masa Perjanjian Baru, akan memerin- tah bersama Dia atas seisi bumi. Inilah pemenuhan harfiah dari janji-janji Allah sekali lagi. Tentu saja kita tidak tahu persis bagai- mana bentuk pemerintahan kita bersama Kristus akan berjalan. Namun, satu hal yang kita tahu adalah bahwa kita akan hidup dalam tubuh yang telah dipermuliakan, tubuh yang sama seperti yang dimiliki Yesus Kristus sejak kebangkitan-Nya. Tubuh ini ti- dak terbatas oleh waktu dan ruang.

Dalam Alkitab dicatat bahwa Yesus berjalan menembus dinding dan tampaknya muncul sesuka hati di mana pun Dia ingin untuk berada. Tidak diragukan lagi tubuh baru kita akan memiliki kemampuan yang sama. Maka, selama pemerintahan Se- ribu Tahun, kita juga mungkin tidak akan terbatas dalam kemam- puan terkait waktu dan ruang.

Alkitab tidak secara spesifik menyatakan apakah kebera- daan dan pemerintahan kita selama masa ini akan sepenuhnya di- sadari oleh penduduk bumi. Meskipun kita mungkin terlihat oleh mereka dan dikenal oleh mereka, selalu ada kemungkinan yang sama besarnya bahwa kenyataannya kelak tidak demikian.

Saat ini, ada penguasa-penguasa alam roh di dunia ini yang dipimpin oleh Iblis, yang tidak terlihat oleh manusia tetapi tetap memiliki pengaruh penuh atas mereka. Peran orang percaya dalam Kerajaan yang akan datang itu bisa jadi mirip dengan ini. Kemungkinan lain adalah mereka mungkin berfungsi dengan cara yang mirip dengan hakim-hakim dalam Perjanjian Lama (lihat Mat. 19:28). Meskipun kita tidak mungkin menyusun kesimpulan yang pasti, kita dapat tahu pasti bahwa kita akan memerintah ber- sama Yesus Kristus di bumi ini (Why. 5:10).

Orang-orang di bumi yang akan diperintah oleh mereka yang bersama Dia adalah keturunan dari setiap laki-laki dan pe- rempuan yang selamat dari penghakiman Allah. Selama periode yang disebut “masa sengsara besar”, sebagian besar populasi du- nia akan tewas oleh berbagai wabah dan penghakiman dari Allah. Juga, dalam Pertempuran Armagedon (yang terjadi tepat sebelum kedatangan Yesus Kristus kembali), jutaan tentara secara harfiah akan tewas.

Mungkin hanya dua atau tiga persen dari penduduk du- nia yang akan bertahan hidup sampai akhir. Alkitab menggambar- kan jumlah orang di bumi setelah waktu ini seperti pohon zaitun yang telah diguncang (yang merupakan metode untuk memanen buah zaitun) dan seperti pohon anggur setelah dipetik buahnya (Yes. 17:6; 24:13).

Saat memanen, tidak ada orang yang meninggalkan buah yang tersedia di pohon. Hanya beberapa buah zaitun yang belum matanglah yang tidak jatuh ketika pohonnya diguncang. Juga, hanya beberapa gugusan anggur kecil yang tersembunyi di balik beberapa daunlah yang tidak ditemukan oleh para pemetik, yang akan masih tersisa di pohon anggur. Ini bisa membawa kita pada perhitungan kasar yang menghasilkan sekitar dua atau tiga persen dari manusia di bumi yang akan selamat dari masa penghakiman yang akan datang.

Mengingat dunia hari ini memiliki lebih dari 7 miliar pen- duduk, maka kita dapat berspekulasi bahwa jika sebanyak 10 per- sen selamat, angka yang tersisa adalah 700 juta jiwa. Jika dua hing- ga tiga persen saja yang bertahan, angka yang tersisa adalah 130 hingga 210 juta jiwa saja. Mereka ini kemungkinan akan tersebar di seluruh dunia secara individual atau dalam kelompok-kelom- pok kecil.

Mendukung angka yang lebih kecil ini, kita dapat mem- baca bahwa orang akan lebih sulit untuk ditemukan daripada emas murni dan manusia akan menjadi selangka “emas Ofir” (Yes. 13:12).

Dengan kata lain, selama bagian pertama masa Seribu Ta- hun, penduduk di daratan bumi tidak akan banyak. Namun, seri- bu tahun adalah waktu yang lama dan manusia sudah pasti akan berkembang biak. Tanpa perang, dengan sedikit saja, kalau pun ada, penyakit, dan tanpa berbagai bencana alam lainnya, mereka akan bertambah banyak dengan cepat dan bumi akan segera dipe- nuhi kembali.

Fakta yang mendukung proses ini adalah bahwa manusia akan hidup lebih lama, agak mirip dengan masa hidup manusia sebelum peristiwa air bah. Kita diberi tahu bahwa mereka akan hi- dup selama umur pohon-pohon, yang dapat hidup hingga sekitar 600-900 tahun (Yes. 65:22). Selain itu, kita juga membaca bahwa seseorang yang meninggal pada usia seratus tahun akan dianggap masih terlalu muda (Yes. 65:20).

PESTA PERKAWINAN

Hari Tuhan selama seribu tahun tidak hanya merupakan hari penghakiman bagi orang percaya, hari penghakiman atas orang-orang kafir yang menentang Dia dalam pertempuran Ar- magedon, hari ketujuh, hari Sabat istirahat, dan hari pemulihan Kerajaan Allah, tetapi juga merupakan hari perkawinan Tuhan.

Mungkin banyak dari Anda telah mendengar atau memba- ca tentang pesta perkawinan yang sedang dipersiapkan. Konsep umum di kalangan Kristen tampaknya adalah bahwa ketika Tu- han kembali dan kita diangkat untuk bertemu dengan-Nya, seti- ap orang akan segera duduk di sekitar meja besar dan menyantap hidangan dalam pesta besar. Mungkin hidangan itu akan terdiri dari daging kalkun atau ham atau sesuatu yang mewah seperti itu (atau mungkin juga bukan ham), dan kemudian kita semua akan bergegas kembali ke bumi untuk mendirikan Kerajaan.

Sebagian orang berpikir pesta ini akan berlangsung dalam beberapa hari. Sebagian lainnya menduga bahwa pesta ini akan memakan waktu berhari-hari atau bahkan tiga setengah hingga tujuh tahun.

Namun, mari kita pertimbangkan sejenak bahwa ini ada- lah pesta perkawinan Anak Allah sendiri. Ini bukanlah acara yang sepele atau tidak penting. Ini akan menjadi acara pernikahan yang paling berarti, paling suci, dan paling spektakuler yang pernah terjadi di seluruh alam semesta. Ini tentu tidak akan menjadi pesta yang dilangsungkan selama beberapa hari saja atau bahkan tujuh tahun saja. Tidak akan ada yang terburu-buru ketika urusannya adalah pesta perkawinan Allah.

Pesta ini sebenarnya akan berlangsung selama seribu ta- hun, karena Hari Tuhan juga merupakan hari perkawinan Tuhan dan selama “hari” ini kita akan berpesta. Yesus berkata, “Aku menganugerahkan kerajaan kepada kamu, sama seperti Bapa-Ku menganugerahkannya kepada-Ku, supaya kelak kamu makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku” (Luk. 22:29, 30).

Bagian lain dalam Alkitab yang mendukung pengertian ini terdapat dalam Matius 8:11, yang berkata, “Banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk makan bersama-sama de- ngan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.” Kata “duduk” ini secara harfiah berarti “duduk bersandar” dan meru- juk pada kebiasaan orang Yahudi pada zaman Yesus duduk ber- sandar ketika mereka makan dan berpesta bersama. (Lihat juga Yoh. 13:25.)

Pada zaman Alkitab, tampaknya cara orang merayakan pernikahan adalah dengan mengadakan pesta besar dan meng- undang semua teman dan keluarga mereka. Mereka mulai pada suatu waktu pada suatu hari, kemungkinan pada pagi hari, lalu mereka mulai makan, minum, dan bersukacita dalam perayaan. Semua tamu akan bersenang-senang bersama teman-teman dan kerabat mereka.

Mereka berpesta sepanjang hari hingga malam, ketika sang mempelai wanita dan mempelai pria meninggalkan mereka untuk bersatu dalam keintiman sebagai pasangan nikah. Inilah persisnya bagaimana hari perkawinan Tuhan akan berlangsung.

Kita tahu dari kitab suci bahwa pada akhir masa Seribu Ta- hun, perkawinan Sang Anak Domba dilangsungkan (Why. 21:9-27). Inilah saat Yesus Kristus dan mempelai-Nya yang kudus bersatu dalam keintiman sebagai pasangan nikah. Tidak ada hal-hal se- perti kita menyantap hidangan pesta, lalu bergegas pergi untuk memerintah bersama Kristus selama seribu tahun, dan kemudian setelah itu barulah terlibat dalam acara perkawinan.

Kejadiannya nanti bukan demikian. Perjamuan perkawinan Yesus Kristus akan berlangsung selama seribu tahun. Kita meme- rintah bersama Kristus, beristirahat bersama Kristus, dan berpesta bersama Kristus; semuanya hanyalah berbagai aspek yang berbeda dalam periode waktu yang sama. Inilah Kerajaan Seribu Tahun.

Dalam kitab Wahyu, dalam surat-surat kepada tujuh je- maat, Yesus tidak hanya berbicara tentang kita duduk bersama Dia di takhta-Nya (memerintah) (Why. 3:21) dan memerintah bangsa-bangsa dengan tongkat besi (memerintah) (Why. 2:27), tetapi Dia juga menjanjikan bahwa kita akan makan manna ter- sembunyi dan dari pohon kehidupan (berpesta) (Why. 2:7, 17).

Ayat-ayat ini menggambarkan kepada kita tiga aspek dari kehi- dupan Kerajaan yang akan kita masuki.

Selama pemerintahan Kristus selama seribu tahun, kita akan berpesta. Kita akan berpesta bersama Yesus Kristus dan kita akan berpesta dengan Yesus Kristus. Dia menjelaskan kepada mu- rid-murid-Nya bahwa Dia adalah roti hidup yang turun. Dia sen- diri adalah hidangan perjamuan kita. Tentu saja pada saat itu kita tidak akan membutuhkan hidangan kalkun, roti, atau minuman anggur untuk menopang kehidupan kita. Yang kita butuhkan ke- lak hanyalah unsur-unsur supernatural dari kehidupan ilahi Yesus Kristus.

Saat ini, kita dapat mencicipi sekelumit dari semua ke- muliaan itu. Kelak pada hari itu, kita akan menikmatinya dengan sepenuhnya. Anggur baru akan berlimpah-limpah dan manna surgawi akan tersebar di mana-mana. Tidak satu orang pun dari umat pilihan Allah yang akan kelaparan. Kita kelak dapat berpesta dengan Yesus Kristus dan merasa sepenuhnya puas.

Tentu saja, adalah gagasan yang baik untuk mempersiap- kan kapasitas selera kita. Tidak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa kapasitas kita untuk menikmati Allah pada hari itu akan sangat bergantung pada bagaimana kita mengembangkan kapasi- tas itu sekarang.

Jika kita belajar untuk “menyantap” Tuhan, dalam pem- bacaan Alkitab dan melalui doa, dan memiliki waktu intim setiap hari dengan Dia serta menikmati keberadaan-Nya, saya percaya kenikmatan kita akan Dia selama pemerintahan Seribu Tahun akan sangat berkembang.

Menurut saya, adalah upaya yang layak dilakukan jika kita memadankan diri kita ke arah ini. Tidak hanya kita akan menda- pat upahnya saat ini untuk upaya kita, tetapi kita juga akan sangat menikmati upah yang kita terima pada masa yang akan datang.

Akhir bab 4

Baca bab-bab lain secara online:

Pendahuluan, Bab 1: “Datanglah kerajaan-mu

Bab 2: Dua “kerajaan”

Bab 3: Kronologi singkat

Bab 4: Hari tuhan (Bab saat ini)

Bab 5: Pada mulanya

Bab 6: Amanat tuhan - kegagalan manusia

Bab 7: Kerajaan allah ada di antara anda

Bab 8: “Tuhan, tuhan”

Bab 9: Balasan yang setimpal

Bab 10: Pengampunan dan penghakiman

Bab 11: Anak laki-laki

Bab 12: Hidup dalam kemenangan

Bab 13: Kepemimpinan dan kerajaan allah

Bab 14: “Pekerjaan iman”

Bab 15: Kata-kata penghiburan, Kesimpulan

We are always looking to offer books in more languages.


Want to help us by translating or proofreading books?

How to volunteer