A Grain Of Wheat Ministries

Membaca Online
Datanglah kerajaan-mu

Amanat tuhan –kegagalan manusia

Bab 6

Datanglah kerajaan-mu, buku oleh David W. Dyer

PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”

Oleh David W. Dyer

Diterjemahkan oleh L. Yunnita

DAFTAR ISI

Pendahuluan, Bab 1: “Datanglah kerajaan-mu

Bab 2: Dua “kerajaan”

Bab 3: Kronologi singkat

Bab 4: Hari tuhan

Bab 5: Pada mulanya

Bab 6: Amanat tuhan - kegagalan manusia (Bab saat ini)

Bab 7: Kerajaan allah ada di antara anda

Bab 8: “Tuhan, tuhan”

Bab 9: Balasan yang setimpal

Bab 10: Pengampunan dan penghakiman

Bab 11: Anak laki-laki

Bab 12: Hidup dalam kemenangan

Bab 13: Kepemimpinan dan kerajaan allah

Bab 14: “Pekerjaan iman”

Bab 15: Kata-kata penghiburan, Kesimpulan



Bab 6: AMANAT TUHAN – KEGAGALAN MANUSIA

Sebagaimana yang ditunjukkan pada bab sebelumnya, dapat kita asumsikan bahwa bumi versi asli yang diciptakan oleh Tuhan telah rusak dan hancur oleh Iblis karena pemberontakann- ya, dan bahwa Tuhan kemudian menghukum dan menghancur- kan bumi tersebut sebagai akibatnya. Oleh karena itu, beberapa pasal awal dalam kitab Kejadian sebenarnya bisa dipahami seba- gai sejarah restorasi dan rekonstruksi bumi oleh Tuhan.

Restorasi ini, seperti kondisi penciptaan bumi versi asli, adalah sempurna karena juga merupakan pekerjaan Tuhan. Sete- lah setiap hari pekerjaan penciptaan yang bisa kita sebut “pencip- taan kembali”, (dengan pengecualian hari kedua), Tuhan “melihat bahwa semuanya itu baik”. Tuhan merasa senang dengan peker- jaan-Nya ketika hasilnya selesai (Kej. 1:31).

Meskipun demikian, masih ada sesuatu yang salah. Di bumi yang indah dan subur yang diciptakan kembali oleh Tuhan ini, terdapat kehadiran musuh-Nya dengan semua pasukan keja- hatannya. Atmosfer di sekitar bumi penuh dengan malaikat jatuh (Ef. 6:12; Kol. 2:15), dan laut (jurang atau tempat yang dalam) pe- nuh dengan roh jahat. Inilah situasi yang dimasuki oleh manusia pertama, Adam.

Begitu kita menyadari bagaimana bumi telah dirusak oleh Iblis dan dipenuhi dengan kekuatan jahatnya, kita kemudi- an jadi memiliki pemahaman tentang mengapa Tuhan mencipta- kan manusia pada awalnya. Tentu saja kita tahu bahwa manusia diciptakan untuk kesukaan Tuhan, tetapi di sini dalam kitab Ke- jadian kita melihat petunjuk bahwa ada sesuatu yang lebih dari- pada itu. Bagian dari rencana-Nya adalah untuk merebut kembali bumi bagi diri-Nya sendiri. Namun, sebelum kita membahas hal ini, mari kita luangkan waktu sejenak untuk mengamati manusia yang diciptakan oleh Tuhan ini.

Ketika manusia diciptakan, dia dibuat menurut gambar dan rupa Tuhan (Kej. 1:26). Diciptakan menurut gambar Tuhan berarti bahwa manusia secara batiniah serupa dengan Tuhan. Lalu, diciptakan menurut rupa Tuhan berarti bahwa secara lahiri- ah, fisik, manusia juga menyerupai Tuhan.

Untuk mendemonstrasikan keserupaan ini lebih lanjut, mari kita mulai dari sisi dalam. Semua manusia memiliki tiga ke- mampuan berbeda dalam diri mereka. Manusia bisa berpikir, me- rasa, dan memutuskan. Ketiga kemampuan ini umumnya dikenal sebagai pikiran, emosi, dan kehendak.

Secara signifikan, Tuhan juga berpikir, merasa, dan me- mutuskan. Bahkan, pikiran, perasaan, dan keputusan Tuhan jauh lebih besar dan kuat daripada yang kita miliki. Dia juga memiliki pikiran, emosi, dan kehendak. Oleh karena itu, mudah untuk kita lihat bahwa secara batiniah, manusia dibuat menurut gambar Tu- han. Di sisi dalamnya, kondisi penciptaan manusia mencerminkan – meskipun dengan cara yang sangat inferior – sosok Penciptanya.

Tubuh manusia memberikan penampilan luar. Ketika Tu- han telah menyatakan Diri-Nya di sepanjang sejarah Alkitab ke- pada berbagai orang, termasuk Musa, Elia, dan Daniel, penam- pilan-Nya serupa dengan seorang manusia. Ini artinya Dia terlihat memiliki kaki, tangan, kaki, tubuh, kepala dengan satu wajah, dan lain-lain.

Di sisi lain, Tuhan tidak memiliki tapak berkuku, cakar, sa- yap, bulu, tanduk, sisik, atau beberapa “wajah” sekaligus. Ketika kita melihat Tuhan, kita akan dapat mengenali wujud-Nya, karena tampilan manusia serupa dengan Tuhan. Rupa atau bentuk luar manusia dibuat menurut rupa Tuhan.

Sebenarnya, manusia adalah satu-satunya makhluk di se- luruh alam semesta yang memiliki hak istimewa ini, yaitu memiliki keserupaan secara batiniah dan lahiriah dengan Tuhan. Haleluya! Betapa mulianya fakta ini, bahwa kita telah dibentuk menurut Tu- han sendiri!

AMANAT TUHAN KEPADA MANUSIA

Sekarang, kembali ke pembahasan kita semula: Tuhan menciptakan makhluk baru, manusia, menurut gambar dan rupa- Nya, kemudian menempatkannya di taman Eden. Dengan mela- kukan hal itu, Dia menempatkan manusia tepat di tengah ling- kungan yang jahat, yang penuh dengan malaikat jatuh dan roh jahat. Kemudian, Dia memerintahkan kepada manusia, “Beranak- cuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi” (Kej. 1:28). (Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemah- kan sebagai “taklukkanlah” juga dapat diterjemahkan sebagai “mengalahkan”).

Rencana Tuhan adalah agar manusia memiliki “kuasa” (Kej. 1:26) atas planet ini. Di sini kita temukan bahwa Tuhan men- ciptakan manusia menurut keserupaan dengan diri-Nya, menem- patkannya di tengah wilayah Iblis, dan memerintahkannya untuk menaklukkan, menguasainya, dan berkuasa atasnya. Manusia di- beri tugas untuk memiliki otoritas atas bumi.

Namun, tunggu sebentar. Sudah ada makhluk lain di wi- layah ini yang telah diberi otoritas sebelum mereka memberontak. Sudah ada penguasa lain di sini.

Oleh karena itu, kemunculan Adam di taman Eden meru- pakan tantangan langsung terhadap kekuasaan Iblis. Dia ditempat- kan di bumi untuk menghadapi dan menaklukkan otoritas iblis.

Tugas manusia adalah untuk menjadi pengganti. Dia harus mengambil alih posisi si penguasa jahat yang sedang memegang otoritas. Ini adalah awal dari rencana Tuhan untuk merebut kem- bali bumi, wilayah Iblis, bagi diri-Nya sendiri. Tuhan menempat- kan manusia di bumi sebagai utusan-Nya untuk merebut kembali apa yang telah hilang selama pemberontakan Iblis.

Nah, manusia bukan sekadar salah satu eksperimen Tu- han. Tuhan tidak menciptakan manusia hanya karena keinginan sesaat. Ketika Pencipta kita membentuk kita, Dia memiliki tuju- an dan sasaran yang sangat pasti. Umat manusia diciptakan un- tuk menjadi agen yang akan dipakai Tuhan untuk mengalahkan musuh-Nya dan merebut kembali wilayah yang dicuri bagi diri- Nya sendiri.

Untuk mencapai tujuan rencana ini, manusia, yang me- nyerupai Tuhan dan memiliki persekutuan dengan-Nya, diberi tugas untuk memenuhi bumi dengan manusia seperti dirinya, yang tunduk pada otoritas dan pemerintahan Tuhan. Ketika mere- ka berkembang biak di bumi, Tuhan dapat kembali merebut bumi sebagai milik-Nya sendiri, karena akan dipenuhi dengan makh- luk-makhluk yang mengasihi Dia dan taat kepada-Nya. Sungguh suatu kemenangan yang mulia! Namun, seperti yang kita semua ketahui pada waktu itu, kemenangan itu tidak langsung terjadi.

Tidak diragukan lagi, Iblis mengerti setidaknya sebagian dari apa yang Tuhan lakukan itu. Dia mungkin tidak tahan meli- hat makhluk yang menyerupai Tuhan menghuni dunianya. Pasti sangat menyakitkan baginya untuk melihat Adam dan Hawa hi- dup dan bekerja dalam ketaatan kepada Tuhan di bumi yang me- rupakan miliknya.

Alhasil, dia datang dan dengan halus menipu Hawa. Hawa pun kemudian merayu suaminya dan mereka jatuh berdua. Bukannya hidup untuk Tuhan dan melayani-Nya, mereka mem- berontak terhadap Tuhan dan menjadi bagian dari kerajaan Setan. Mereka memakan buah dari pohon yang telah Tuhan perintahkan kepada mereka untuk tidak dimakan. Sifat mereka rusak dan ke- matian mulai bekerja dalam diri mereka.

Pada saat itu, mereka jadi berada di bawah kutuk Tuhan dan secara praktis, juga menjadi pelayan kerajaan kejahatan. Se- pertinya, rencana Yang Maha Tinggi telah sepenuhnya gagal. Na- mun, Tuhan tidak mudah dihalangi. Dia tidak begitu saja menye- rah. Dia memiliki kekuatan untuk melaksanakan rencana-Nya di tengah-tengah kesulitan yang tampaknya tidak dapat diatasi.

Bahkan, sebelum Dia memulai rencana-Nya dengan men- ciptakan Adam dan Hawa, Dia tahu semua yang akan terjadi. Ke- jatuhan manusia bukanlah sesuatu yang membuat-Nya terkejut. Meskipun manusia pertama, Adam, gagal melaksanakan perintah Tuhan untuk berkuasa atas bumi, Tuhan menjanjikan kepada si wanita suatu keturunan. Tentang keturunan itu Dia berkata kepada si ular, “keturunannya akan meremukkan kepalamu” (Kej. 3:15).

Meskipun Iblis tampaknya telah meraih kemenangan, te- tap saja Tuhan memiliki rencana. Dari wanita, yaitu melalui ras manusia, Tuhan akan membawa seorang “keturunan” yang akhir- nya akan memenuhi kehendak-Nya, menghancurkan dan menga- lahkan musuh. Keturunan ini adalah Yesus Kristus, Sang Pria yang menaklukkan Iblis dan menampilkan kemenangan-Nya secara ter- buka kepada segala pemerintah dan segala penguasa (Kol. 2:15).

YANG TAMPAKNYA MERUPAKAN KEMENANGAN IBLIS

Setelah kejatuhan, manusia mulai berkembang biak di muka bumi. Seiring berjalannya waktu, Tuhan sesekali menemu- kan seorang manusia yang terbuka untuk mengenal-Nya, yang me- ngasihi-Nya, dan yang melayani-Nya. Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, adalah salah satu dari orang-orang yang seperti itu. Alkitab bersaksi bahwa dia berjalan bersama Tuhan, bahkan lalu “ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah” (Kej. 5:24).

Namun, pada akhirnya, banyak sekali manusia yang telah jatuh makin busuk dalam perilaku mereka di bumi. Mereka men- jalani hidup dalam kejahatan, hawa nafsu, keserakahan, dan keke- rasan. Mereka terus-menerus melakukan segala hal yang diben- ci Tuhan. Manusia-manusia ini setiap hari melakukan apa yang menjadi arahan musuh dengan semua keinginan jahatnya.

Situasi ini memburuk sampai manusia menjadi bagian yang begitu dalam dari kerajaan Iblis dan begitu jauh memberon- tak terhadap Tuhan hingga mereka melakukan segala macam dosa yang dapat dibayangkan. Kekerasan merajalela. Tidak ada peme- rintahan manusia pada saat itu, yang seharusnya menundukkan hawa nafsu manusiawi, sehingga mereka saling menyakiti atau membunuh, ketika terpicu oleh faktor sekecil apa pun.

Hawa nafsu seksual yang tidak terkendali juga tampak je- las. Situasi ini berlanjut begitu jauh, sampai sepertinya sebagian di antara manusia mulai melakukan hubungan seksual dengan ma- laikat yang jatuh. Dalam beberapa ayat pertama dari Kejadian pasal 6, kita membaca tentang “anak-anak Allah” yang datang kepada “anak-anak perempuan manusia” dan berhubungan kawin cam- pur dengan mereka. Kita tahu bahwa hasil dari persekutuan yang cemar ini adalah makhluk raksasa, Nefilim, yaitu suatu ras makh- luk yang tidak pernah dikehendaki dan tidak diinginkan Tuhan untuk ada di bumi-Nya.

Pembacaan yang cermat pada Kejadian pasal enam akan membuat perkembangan jahat ini jelas tak terbantahkan. Pada ti- tik ini, Tuhan melihat bahwa imajinasi hati manusia hanya jahat semata-mata. Bukan hanya manusia itu sendiri yang memberon- tak, tetapi mereka juga mencemari ras manusia melalui hubungan seksual yang melawan hukum-Nya.

“Anak-anak Allah” dalam Kejadian pasal 6 itu tentulah makhluk malaikat, karena bagian-bagian lain dalam kitab suci me- rujuk pada makna demikian tentang mereka (Ayb. 1:6; 2:1; 38:7; Dan. 3:25). Bahkan, beberapa manuskrip kitab suci kuno menggam- barkan kata-kata “anak-anak Allah” sebagai “malaikat-malaikat Allah” di bagian ini.

Meskipun sebagian orang percaya, karena tersinggung oleh gagasan itu sendiri, telah mencoba mencari penjelasan lain dan mengajarkan bahwa manusia-manusia itu tentulah keturunan Set (yaitu manusia dalam garis keturunan yang berjalan dengan Tuhan), dalam kasus ini hal ini tidak mungkin. Teori seperti itu ti- dak menjelaskan mengapa keturunan dari perkawinan itu adalah makhluk raksasa atau mengapa Tuhan menganggap aktivitas me- reka itu sangat jahat; padahal perkembangbiakan manusia secara normal, terutama pada mereka yang merupakan keturunan saleh, sebenarnya diperintahkan oleh Tuhan.

Sebagian orang juga membantah fakta yang cukup jelas ini dengan bersikeras bahwa malaikat tidak menikah (Mat. 22:30). Tentu saja, malaikat tidak menikah atau berkembang biak di an- tara kaum mereka sendiri, tetapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak bisa muncul dalam bentuk fisik dan melakukan hubungan seksual dengan wanita. Meskipun dosa ini sangat mengejutkan, Alkitab mencatatnya sebagai kebenaran historis.

Seburuk apa pun yang kita mungkin percayai tentang dosa hubungan seksual dengan malaikat itu, dan sekuat apa pun kita mungkin ingin menyangkalnya, kemungkinan hal itu akan ter- jadi lagi sebelum kedatangan kedua Kristus. Yesus dengan jelas mengatakan kepada kita, “sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia” (Mat. 24:37).

Faktanya, dosa ini tidak terbatas pada zaman sebelum air bah. Situasi di tanah Kanaan sebelum ditempati oleh orang Israel menunjukkan bahwa dosa ini dipraktikkan pada masa lainnya da- lam sejarah pula. Pada masa itu pun, negeri itu dipenuhi dengan makhluk raksasa.

Pada zaman Nuh, situasi di bumi telah menjadi begitu bu- ruk sehingga Tuhan menyesal telah pernah menciptakan manusia. Dia melihat ke bumi dan melihat bahwa bumi itu seluruhnya ru- sak, dipenuhi dengan kekerasan dan perbuatan jahat, dan makin dipenuhi dengan makhluk-makhluk raksasa yang Dia tidak per- nah inginkan untuk ada. Hal ini sangat menyedihkan hati-Nya, se- hingga Tuhan memutuskan untuk menghancurkan bumi bersama semua makhluk yang menghuninya, termasuk menghancurkan manusia yang telah Dia ciptakan menurut gambar-Nya. Namun, dalam diri satu orang, Nuh, Tuhan menemukan sosok orang benar.

Nuh berjalan bersama Tuhan. Dan oleh karena itu, Tuhan memutuskan untuk menyelamatkan dia dan keluarganya dari ke- hancuran yang Dia rencanakan. Tuhan memerintahkan dia untuk membangun sebuah bahtera dan membawa masuk ke dalamnya sepasang dari setiap hewan yang tidak tahir bersama dengan tujuh pasang setiap hewan yang tahir. Bahtera ini akan menjadi alat un- tuk mereka semua diselamatkan dari air bah kedua yang terjadi di bumi. Menarik untuk dicatat bahwa bahtera Nuh, alat yang akan dipakai agar keselamatan ini terwujud, merupakan bayangan dari Tuhan kita, Yesus Kristus. Di sisi bahtera itu ada sebuah pintu, dan melaluinya semua yang masuk diangkat mengatasi penghakiman Tuhan.

Ketika Yesus mati, ada sebuah luka yang dibuka di sisi tubuh-Nya. Ini juga terbukti menjadi semacam “pintu masuk” di mana kita bisa masuk ke dalam-Nya dan diselamatkan. Melalui sisi Yesus Kristus yang tertusuk, di mana darah dan air mengalir, kita diselamatkan dari penghakiman Tuhan yang akan datang un- tuk dunia baru yang akan datang.

Meskipun Setan tampaknya telah meraih kemenangan be- sar dengan merusak umat manusia dan sekali lagi merusak bumi milik Tuhan, Tuhan menemukan satu orang dan dengan orang itu Dia dapat memulai kembali serta mengawali dunia baru untuk akhirnya mencapai tujuan-Nya. Setelah air bah turun dan bahtera mendarat, keturunan Nuh sekali lagi mulai memenuhi bumi.

Sayangnya, mereka itu juga gagal mengenal Tuhan, me- ngasihi Tuhan, dan memenuhi amanat Tuhan kepada manusia pertama. Kejahatan dan pemberontakan sekali lagi mulai menye- bar tanpa terkendali. Contoh nyata dari hal ini pun tercatat, seperti insiden Menara Babel, ketika manusia memutuskan bahwa mere- ka bisa mengendalikan nasib mereka sendiri, yang pada dasarnya berarti menyatakan bahwa dia adalah Tuhan dan bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.

Di situlah Tuhan membingungkan mereka dengan meng- ubah bahasa mereka, sehingga mereka tidak bisa memahami satu sama lain, lalu menyerakkan mereka ke seluruh permukaan bumi.

Kisah Sodom dan Gomora memberikan gambaran jelas lainnya tentang betapa rusaknya umat manusia. Rupanya Setan terus-menerus menang dan manusia terus-menerus jatuh lebih dalam ke dalam dosa. Pada titik ini tampaknya Tuhan mengubah metode-Nya dalam bekerja. Alih-alih berurusan dengan umat ma- nusia secara keseluruhan, Dia memutuskan untuk memilih bagi diri-Nya sendiri suatu bangsa – untuk memanggil dari antara se- mua manusia suatu ras yang khusus milik-Nya. Dengan bangsa pilihan inilah Dia akan bekerja menuju pencapaian tujuan asli- Nya.

Untuk rencana ini, Tuhan memilih seorang pria beriman, yaitu Abraham. Ketika dia masih belum memiliki anak, dia dipang- gil oleh Tuhan dan dijanjikan bahwa keturunannya akan berkem- bang biak dan mewarisi seluruh tanah Kanaan. Tuhan memberi tahu dia bahwa Dia akan menjadikan dia bangsa yang besar dan bahwa melalui dirinya semua keluarga di bumi akan diberkati.

Dengan kelompok orang pilihan ini, Tuhan merencanakan untuk mencapai kehendak asli-Nya. Dia akan memisahkan mereka dari penduduk bumi lainnya bagi diri-Nya sendiri dan mengajar- kan kepada mereka peraturan dan jalan-jalan-Nya. Dia akan me- merintahkan kepada mereka hukum dan penghakiman-Nya, se- hingga mereka menaklukkan Iblis dan hidup bagi-Nya.

Seperti yang Anda mungkin tahu, Tuhan melaksanakan “fase” ini dalam rencana-Nya dengan anak-anak Israel – keturun- an Abraham, Ishak, dan Yakub. Setelah Musa membawa mereka keluar dari Mesir ke padang gurun, Tuhan mulai berbicara dengan mereka dan bekerja dengan mereka untuk membentuk mereka menjadi jenis orang yang Dia inginkan.

Di sana, Tuhan menguji mereka, menyucikan mereka, me- nyatakan diri-Nya kepada mereka, dan di sana pula – terpisah dari seluruh penghuni dunia lainnya – Dia mempersiapkan mereka untuk menjadi bangsa yang menjadi milik-Nya sendiri. Setelah 40 tahun di bawah pekerjaan Tuhan, mereka siap untuk memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan, merebutnya dari penduduk nege- ri itu, dan mendirikan kerajaan kebenaran tempat Tuhan sendiri akan memerintah sebagai penguasa tertinggi.

Sejarah Alkitab memberi tahu kita bahwa, dalam perja- lanan waktu, proyek ini pun tiba pada kegagalan yang tampak. Bangsa Israel, setelah masuk ke tanah Kanaan, mulai bercampur dengan penduduk asli, padahal Tuhan secara khusus telah meme- rintahkan kepada mereka untuk tidak melakukan hal itu.

Akibatnya, mereka mulai mempraktikkan cara-cara jahat mereka. Penyembahan berhala, percabulan, hawa nafsu, dan dosa sekali lagi muncul di antara umat Tuhan. Berkali-kali Tuhan mela- kukan sesuatu untuk mengembalikan bangsa itu kepada-Nya. Dia mengatur situasi untuk membuat mereka menderita dan kemu- dian membangkitkan seorang pemimpin yang lalu menyelamat- kan mereka dari perbudakan yang telah menjadi lubang kejatuhan mereka. Berkali-kali Dia menyelamatkan mereka dari kuasa Iblis yang merambah ke dalam kehidupan mereka demi mengembali- kan mereka kepada-Nya.

Pada suatu titik dalam sejarah mereka, tampaknya keme- nangan hampir saja diraih. Selama masa pemerintahan Raja Daud dan Salomo, kerajaan Israel di bawah pemerintahan Tuhan telah menjadi kesaksian yang nyata. Kemasyhurannya telah mencapai ujung-ujung dunia dan dalam skala besar, setidaknya secara lahi- riah, orang-orangnya mematuhi perintah Tuhan.

Pada saat itu, Tuhan kembali menjanjikan keturunan yang akan datang untuk duduk di takhta Daud dan memerintah menurut kehendak Tuhan selamanya. Janji ini pun telah dan akan dipenuhi dalam diri Yesus Kristus. Suatu hari, Dia akan datang kembali sebagai Raja untuk memerintah atas seluruh bumi yang dihuni dan menundukkannya dalam kebenaran kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Akhirnya, kerajaan Israel ini juga jatuh ke dalam jurang degradasi. Penyembahan berhala dan segala macam dosa mera- yap masuk dan banyak raja yang menggantikan Daud dan Salomo memilih untuk tidak melanjutkan ketaatan dalam jalan Tuhan. Se- telah beberapa pemulihan kecil dan banyak kegagalan yang lebih besar, Tuhan membiarkan umat-Nya dibawa pergi sebagai tawan- an ke Asyur dan Babel.

Sepertinya, semuanya hancur dan Iblis sekali lagi merebut kemenangan. Rencana Tuhan untuk menundukkan bumi kepada diri-Nya melalui sekelompok orang yang terpilih dan menakluk- kan tampaknya terhalang, dan Iblis berkuasa pada posisi tertinggi. Namun, seperti yang kita semua tahu, rencana dan tujuan Tuhan tetap berlaku. Dia masih memiliki cara untuk memenuhi semua tujuan yang Dia tetapkan untuk dicapai.

Banyak kekalahan yang dialami oleh agen-agen Tuhan, umat manusia, dalam jangka panjang justru menjadi sesuatu yang membawa kemuliaan lebih besar kepada Tuhan, serta menyatakan kekuatan dan kekuasaan-Nya untuk pada akhirnya memenuhi tu- juan asli-Nya melalui manusia yang lemah dan rapuh.

Tidak, Tuhan tidak dikalahkan, dan Dia juga tidak akan pernah dikalahkan. Dia tidak membatalkan rencana asli-Nya; Dia sekarang justru memulai misi menyelamatkan manusia dari bumi. Dia tidak menerima kekalahan, tidak menyerahkan bumi kepada Iblis lalu hanya membawa beberapa jiwa yang percaya kepada-Nya ke surga. Tidak, Dia justru akan mendirikan Kerajaan-Nya, otori- tas-Nya, pemerintahan-Nya yang sah di sini, di bumi!

Seluruh wilayah yang “terhilang” akan dipulihkan. Manu- sia, yang semula diberi tugas pemulihan ini, melalui kuasa Yesus Kristus, akan meraih kemenangan atas Setan. Amanat yang Dia berikan kepada manusia pertama, Adam, akan dipenuhi. Umat- Nya, dengan Kristus sebagai Kepala mereka, AKAN memiliki kuasa penuh atas bumi ini selama seribu tahun. Inilah Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang. Inilah pemenuhan rancangan yang Tuhan telah mulai lakukan pada awalnya.

Sebagian orang, ketika membaca tentang Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang, mungkin bingung dan tidak benar-benar mengerti apa tujuannya. Semoga bab ini berhasil memberikan bantuan untuk para pembaca memahami maksud abadi Tuhan dan melihat wahyu Alkitab secara keseluruhan – gambaran utuh pekerjaan Tuhan melalui manusia di bumi dari awal hingga akhir.

Sejak awal Tuhan telah bermaksud untuk mengalahkan musuh-Nya dan Dia telah memilih untuk melakukannya melalui manusia ciptaan-Nya. Dia tidak merendahkan diri-Nya untuk ber- tarung dengan Setan secara pribadi, tetapi melalui utusan-Nya – yang serupa dengan Dia secara lahiriah dan serupa dengan Dia secara batiniah. Tuhan (sebagaimana akan kita lihat dalam bab- bab berikutnya) sedang merebut kembali bumi ini. Dia sedang me- menuhinya dengan manusia-manusia yang tunduk kepada-Nya, yang mengasihi-Nya, dan yang melayani-Nya.

Akhir bab 6

Baca bab-bab lain secara online:

Pendahuluan, Bab 1: “Datanglah kerajaan-mu

Bab 2: Dua “kerajaan”

Bab 3: Kronologi singkat

Bab 4: Hari tuhan

Bab 5: Pada mulanya

Bab 6: Amanat tuhan - kegagalan manusia (Bab saat ini)

Bab 7: Kerajaan allah ada di antara anda

Bab 8: “Tuhan, tuhan”

Bab 9: Balasan yang setimpal

Bab 10: Pengampunan dan penghakiman

Bab 11: Anak laki-laki

Bab 12: Hidup dalam kemenangan

Bab 13: Kepemimpinan dan kerajaan allah

Bab 14: “Pekerjaan iman”

Bab 15: Kata-kata penghiburan, Kesimpulan

We are always looking to offer books in more languages.


Want to help us by translating or proofreading books?

How to volunteer